6. Suikoden III

Jika harus jujur, berangkat dari Suikoden II yang masih kami anggap sebagai JRPG terbaik yang pernah ada ke Suikoden III di era Plasytation 2 memang membuat kami cukup kecewa dan terkejut. Mengapa? Karena alih-alih struktur yang linear seperti seri sebelumnya, Konami tiba-tiba memutuskan untuk mengambil cerita dari perspektif tiga orang karakter: Hugo, Chris, dan Geddoe.
Dengan berat cerita dan wilayah berbeda serta sistem cerita yang berganti, Suikoden III pun terasa mendorong cerita dengan lambat. Namun bagi gamer-gamer yang bertahan dan menikmati kisah bagaimana ketiga karakter utama ini tidak hanya bertemu tetapi juga bersatu untuk satu visi dan misi yang sama. Suikoden III hadir dengan pesona JRPG yang tidak kalah dengan seri pendahulunya. Mengacu pada proses remaster untuk dua seri pertamanya, kami juga hadir dengan harapan bahwa Konami juga akan membawa seri ini ke era yang lebih modern.
5. Alan Wake 2

Dengan apa yang terjadi di seri pertamanya, yang sempat mendapatkan status legendaris karena posisi Remedy yang tampaknya tak lagi tertarik untuk mengeksplorasinya lebih jauh, Alan Wake sebenarnya punya begitu banyak jalur dan ruang untuk menyampaikan kisah keduanya.
Namun siapa yang menyangka bahwa kejeniusan seorang Sam Lake tersebut berhasil terbukti lewat sistem dua protagonis yang berhasil tidak hanya membangun sebuah cerita super menarik, misterius, dan menyeramkan yang fantastis saja, tetapi juga konsep gameplay yang asyik. Keduanya bermain di dua buah dunia yang berbeda, dengan atmosfer uniknya masing-masing, dan juga sistem investigasi yang berbeda pula. Walaupun game ini punya nama Alan Wake, sang karakter protagonis – Saga Anderson berhasil menancapkan peran dan fungsinya dengan begitu kuat di seri ini.
4. The Last of Us Part I

Jika harus memilah antara bagian pertama atau kedua untuk urusan konsep multi protagonis yang lebih kuat, maka kami harus mengakui bahwa eksekusi yang dilakukan di The Last of Us Part I memang terasa lebih kuat.
Kuncinya terletak pada timing. Naughty Dog berhasil memainkan perasaan gamer yang di titik tersebut sudah membangun keterikatan emosional yang kuat dengan Joel dan Ellie. Ketika momen tersebut tiba, bak sebuah kejutan yang Anda khawatirkan akan jadi mimpi buruk, Anda berpindah gameplay dari seorang Joel menjadi Ellie. Ia datang dengan senjata berbeda, kekuatan fisik yang berbeda, dan juga konflik utama yang berbeda. Pergantian “singkat” Ellie yang berusaha mencari antibiotik bagi Joel tersebut menjadi sebuah fase gameplay yang tidak hanya menyegarkan, tetapi juga menguras emosi. Salah satu yang terbaik, tidak bisa dipungkiri.
3. Yakuza 0

Jika Anda bertanya kepada para fans soal seri Yakuza mana yang harus mereka cicipi pertama kali jika hendak masuk ke dalam franchiseyang kini dikenal sebagai Like a Dragon ini, maka kami yakin sebagian besar menjawab Yakuza 0. Pemilihan tersebut tentu tidak didasarkan pada nama “0”-nya saja yang notabene jadi pondasi untuk mengenal siapa itu Kiryu dan Goro, tetapi juga implementasi sistem dua karakternya yang fenomenal.
Di eranya, Yakuza selalu identik dengan hanya sosok Kazuma Kiryu dan Haruka saja. Ia bisa jadi memuat karakter NPC yang menarik, namun pada akhirnya, mereka tidak lebih dari karakter sampingan yang tidak signifikan. Yang berhasil dilakukan RGG dengan Yakuza 0 adalah menarik salah satu “NPC” paling gila dan keren tersebut, memberikannya sebuah cerita utama emosional yang membuat banyak pria dan wanita menangis di akhir, dan memastikan kedua protagonis ini datang dengan pengalaman Yakuza mereka masing-masing. Anda mungkin akan menginvestasikan banyak waktu untuk menyelesaikan game ini, namun kami yakin, ia akan terbayar manis di setiap detiknya.