6. Vagrant Story
Statusnya sebagai game legendaris di mata para penggemar JRPG memang tidak terbantahkan, namun sulit pula rasanya untuk mengharapkan Vagrant Story untuk bangkit sembari mempertahankan sistem petarungan uniknya yang kuno. Di tangan yang tepat, apalagi dengan bukti kuat dari apa yang berhasil mereka capai dengan Final Fantasy VII Remake, Vagrant Story bisa diadaptasikan dengan pendekatan yang lebih action.
Karena pada akhirnya, setidaknya di mata kami, daya tarik utama seri ini terletak lebih pada pendekatan sisi presentasinya yang tiada dua. Keputusan untuk menyuntikkan bahasa Inggris klasik sebagai tatanan dialog di dunia yang juga didasarkan pada semesta Ivalice ini akan jadi bumbu pemanis untuk karakter dan desainnya yang masih terlihat fantastis bahkan untuk sebuah game ber-polygon kasar dari era Playstation pertama. Bulu kuduk kami bahkan langsung merinding membayangkan bagaimana setiap model karakter ini “diterjemahkan” ke dalam standar visual gaming modern saat ini.
5. The Last Remnant
Sejujurnya, dari semua game RPG yang sempat ditelurkan oleh Square Enix di masa lalu, The Last Remnant tidak masuk dalam daftar favorit preferensi kami pribadi. Namun terlepas dari fakta tersebut, ia tetap harus diakui sebagai salah satu game RPG dengan sistem yang unik.
Bahwa alih-alih difokuskan pada hanya karakter solo saja, pertarungan difokuskan pada sistem tim yang juga terbagi ke dalam beberapa unit dalam kualitas visual yang memesona. Dengan dunia fantasi yang ia usung, selalu ada ruang bagi Square Enix untuk kembali ke game ini, tentu saja dalam format RPG yang seharusnya. Yang kami inginkan hanyalah satu – membuang sistem “enemy scaling”-nya yang di mata kami, masih jadi salah satu kelemahan terbesar game ini. Mengapa? Karena ia membuat keputusan Anda untuk lari dan menghindari pertarungan sebagai solusi yang lebih baik daripada “menikmati” The Last Remnant layaknya game RPG pada umumnya.
4. Front Mission
Jelas bahwa dari yang sudah mereka lakukan selama setidaknya beberapa tahun terakhir ini, Square Enix paham dan mengerti soal potensi Front Mission, franchise game strategy mecha andalannya. Sayangnya, sejauh mata memandang, semua aksi ini hadir setengah hati.
Bahwa alih-alih sebuah seri baru yang dibangun dengan teknologi terkini atas nama presentasi visual dan sistem pertarungan yang seharusnya akan epik, Square Enix hanya “berani” bermain dengan beberapa proyek remaster / remake setengah hati untuk setidaknya tiga seri utamanya pada saat toplist ini ditulis. Usaha untuk mengeksplorasi semestanya yang fantastis justru berujung melahirkan game sekelas Left Alive yang saat ini masih digadang sebagai salah satu game terburuk yang pernah dilahirkan oleh Square Enix.
3. Musashi
Assassin’s Creed Shadows, Ghost of Yotei, Onimusha: Way of the Sword hingga Sekiro: Shadows Die Twice, industri game modern sudah membuktikan bahwa game dengan tema samurai di era feudal Jepang masih punya ruang untuk mencapai kesuksesan besar.
MImpi kami tentu tidak berharap Musashi akan hadir dengan pendekatan realistis yang sama. Namun kami merasa bahwa strategi misalnya, untuk menyullap Musashi sebagai game samurai dengan pendekatan lebih dewasa dan serius, terlepas apakah ia tetap mengusung visual bergaya anime ataupun tidak. Ini akan menjadi satu judul dimana kami tidak akan berkeberatan jika Square Enix “meminjam” atau “terinspirasi” dari ragam game modern serupa, dimana sistem parry / deflect jadi kunci sembari menawarkan sistem mendekati souls-like namun tidak sepenuhnya murni. Apapun demi melihat nama ini kembali.
