
Kreativitas memang memungkinkan manusia untuk menulis,, menggambar, bernyanyi, atau menyurakan apapun yang mereka anggap benar. Namun pada akhirnya, ada batasan-batasan tertentu yang masuk dalam ranah keputusan bersama apakah ia bisa diterima atau tidak. Di beberapa situasi misalnya, ia bahkan bisa berlawanan dengan apapun agenda yang tengah berusaha dicapai oleh pemerintah setempat. Hal inilah yang tengah terjadi dengan pemerintahan Korea Selatan dengan sebuah mod di game Mount & Blade: Warband.
Apa pasal? Karena mod yang disebut sebaagai “Gwangju Running Man” tersebut dianggap pemerintah Korea Selatan sebagai sebuah upaya jelas untuk memelintir sejarah yang sebenarnya terjadi.
Gwangju Running Man mengambil tema soal The Gwangju Uprising – sebuah perhelatan demo besar-besaran yang digelar oleh siswa dan mahasiswa Korea Selatan di tahun 1980 untuk mendukung demokrasi. Pada akhirnya, terjadi pembantaian besar-besaran oleh militer di kala itu.
Mod yang satu ini dianggap punya muatan politik yang jelas karena berusaha memotret para siswa dan mahasiswa sebagai kekuatan bersenjata sehingga menjustifikasi aksi buruk yang dilakukan kekuatan militer kala itu. Situasi ini pun membuat GRAC – Komite Administrasi dan Rating Game Korea Selatan untuk bertindak cepat. Mereka meminta Valve untuk menarik dan melarang peredaran mod tersebut mengingat ia tersedia via Steam Workshop.

Menariknya? Valve tidak hanya memenuhi permintaan pemerintah Korea Selatan untuk melarang peredaran mod ini di negeri ginseng tersebut saja, tetapi juga diaplikasikan secara global. Valve menyebut bahwa mereka paham seberapa pentingnya event sejarah ini untuk warga Korea Selatan sebagai alasan pengambilan keputusan ini.
Situasi ini terhitung unik dan menarik karena menjadi bukti bahwa pemilik platform, setidaknya Valve di kasus ini, bisa memenuhi permintaan khusus untuk alasan sensitivitas sejarah itu sendiri. Bagaimana menurut Anda? Apakah keputusan Valve ini layak dirayakan atau tidak?