
Sebuah situasi yang cukup menggemparkan. Setelah dianggap sebagai rumah yang terhitung “aman” untuk game-game dewasa dengan konten yang bahkan terhitung eksplisit, di luar beberapa tema yang kontroversial, Steam tiba-tiba menambahkan klausul baru yang ambigu. Di klausul tersebut, Valve menyebut bahwa perusahaan-perusahaan pemroses pembayaran kini bisa ikut mengatur soal game seperti apa yang bisa dirilis dan tersedia di Steam. Sebuah kenyataan pahit yang akhirnya juga diikuti dengan sebuah komentari resmi.
Penambahan klausul baru tersebut memang hadir dengan konsekuensi yang tidak main-main. Beberapa game dewasa, terutama yang punya tema hubungan sederah, tiba-tiba tidak lagi bisa diakses di platform game digital PC ini. Banyak developer game dewasa yang kini juga mengkhawatirkan nasib mereka untuk tetap menjadikan Steam sebagai platform utama.
Ternyata oh ternyata, situasi yang terjadi memang seburuk yang kita bayangkan. Menanggapi situasi yang membingungkan ini, Valve akhirnya memberikan komentar resmi terkait situasi ini kepada situs GamingonLinux.
Valve mengaku bahwa mereka mendapatkan notifikasi dari perusahaan pemrosesan pembayaran, yang sepertinya juga mencakup Visa dan Mastercard, bahwa ada beberapa game di platform mereka yang melanggar syarat dan standar perusahaan-perusahaan tersebut. Jika terus dibiarkan dan dilanjutkan, Steam bisa jadi kehilangan metode pembayaran sehingga gamer tidak akan lagi bisa membeli game dan konten lain.

Oleh karena itu, Valve memilih untuk mengikuti permintaan mereka dan menghapus game-game ini dari Steam.. Para developer terkait juga dihubungi soal penghapusan game mereka dengan pengembalian app credits jika mereka tertarik untuk merilis game lagi di masa depan via Steam.
ini bukan pertama kalinya kasus perusahaan kredit seperti Visa dan Mastercard berperan sebagai “polisi moral” seperti ini mengingat kasus yang serupa sempat terjadi di Jepang beberapa bulann yang lalu.
Bagaimana menurut Anda situasi yang satu ini?