
Anda mungkin bisa melihatnya sebagai sebuah “daya tarik” atau seperti halnya kami, justru membenci pendekatan setengah hati yang sempat dipamerkan oleh tim Gamecom untuk game action populer mereka – Troublemaker yang sempat mengusung nama Parakacuk sebelumnya. Walaupun demikian, jelas bahwa ambisi yang kuat mengemuka dari setiap jengkal game tersebut, yang mungkin tidak tereksekusi manis karena keterbatasan kemampuan ataupun resource di kala itu. Situasi yang uniknya, setidaknya bagi kami, membangun antisipasi tersendiri ketika sang seri sekuel – Troublemaker 2: Beyond Dream.
Karena secara logika, Gamecom seharusnya sudah jauh lebih siap dengan seri kedua ini. Dengan tambahan dana dan modal dari penjualan seri pertama, dengan tambahan tim yang kini berjumlah lebih besar, dengan ambisi yang kian dekat untuk mengimplementasikan sistem bak seri Yakuza / Like a Dragon yang sempat mereka bicarakan sebelumnya, seri kedua ini selayaknya menjadi akumulasi dari semua mimpi tersebut.

Dengan harapan tinggi tersebut jugalah kami datang dan mampir ke event media preview Troublemaker 2 yang digelar oleh Gamecom beberapa waktu lalu. Di event tersebut, kami berkesempatan untuk menjajal sedikit build terbaru yang dihadirkan Troublemaker 2 yang saat ini memang mengusung sistem dua karakter – Budi dan Jordan.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Troublemaker 2 di bentuknya saat ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game dengan ambisi lebih besar namun tetap mengusung masalah yang sama? Preview ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Jelas, Lebih Ambisius!

Tidak perlu seorang jenius untuk mengerti dan memahami bahwa sejak detik pertama Anda menjajal Troublemaker 2, Anda tengah berhadapan dengan sebuah game yang jauh lebih ambisius dibandingkan seri pertamanya. Jika kita berbicara soal komparasi dengan game action dari Ryu Ga Gotoku / SEGA – Yakuza alias Like a Dragon, jelas bahwa Gamecom perlahan tapi pasti, mulai hendak menawarkan sensasi yang serupa dengannya. Sesuatu yang sempat ditawarkan dalam skala mikro di seri pertamanya kini diperluas dalam kapasitas yang seharusnya.
Maka tidak lagi sekadar berhadapan dengan sekolah dan lingkungannya yang terbatas, “arena bermain” Anda sekarang adalah sebuah porsi kota kecil bernama Jayakarta Selatan dengan desain yang begitu Indonesia dari sekadar pernak-pernik, jenis kendaraan, hingga variasi landmark yang bisa Anda temui. Konsep desain ini sama seperti Kamurocho di Yakuza misalnya, dimana Anda berkesempatan untuk mengeksplorasinya secara bebas baik dengan berjalan kaki atau menggunakan sistem travel berbasis angkot di sini.
Maka seperti Kabukicho di Yakuza pulalah, Jayakarta Selatan ini akan menjadi “rumah” untuk beragam hal yang bisa Anda nikmati di Troublemaker 2. Selain menikmati cerita utama untuk tim Budi dan Jordan yang masing-masing akan punya konfliknya sendiri, Anda juga akan bisa menikmati beragam misi sampingan dengan ekstra cerita nyeleneh di atasnya dan juga rangkaian mini-game dengan variasi yang jauh lebih banyak dibandingkan sang seri pertamanya.
Dari sesi gameplay kami pula, setidaknya dari sisi Jordan, Troublemaker 2 juga mengintegrasikan gameplay berbasis ritmik lagu dengan konten OST original sebagai salah satu bagian gameplay utama untuk dinikmati di sini. Kami sendiri tidak bisa dibilang menikmati sesi yang satu ini terutama karena sistem tekan tombol yang masih dirasa terlalu lambat dan terkadang bertele-tele pada saat harus diselesaikan dalam runtut dua kali misalnya. Namun berita baiknya? Gamecom setidaknya paham untuk menyediakan dan membiarkan mode skip untuk gamer-gamer seperti kami.
Maka sisa pengalaman Anda, seperti halnya di seri Troublemaker pertama, adalah mengandalkan tinju dan tendangan Anda sebagai “solusi” untuk banyak hal di sini, baik ketika berperan sebagai Budi ataupun Jordan. Terasa jauh lebih baik dibandingkan seri pertamanya, konsep sistem ini sendiri masih hadir sederhana namun setidaknya lebih rapi. Walaupun demikian, ia tidak datang dengan kualitas yang di mata kami pantas untuk dirayakan.
Ia masih terasa bak game action budget terbatas yang pesona sisi bertarung ini akan gampang tergerus karena sensasi repetisi tak terhindarkan karena serangan kombinasi yang terbatas. Sisi ini sedikit lebih baik dari sang seri pertama namun tidak tiba-tiba membuatnya jadi keren jika disandingkan dengan produk sejenis di pasaran.