Review AI LIMIT: Kualitas di Atas Harga!
Page 3

Review AI LIMIT: Kualitas di Atas Harga!

Author picture
Author picture

Terlalu banyak “Terinspirasi”

Ada alasannya mengapa game Souls-like disebut Souls-like. Hanya saja di AI LIMIT, level “inspirasinya” sudah terasa berlebihan.

Dari konsep dasar yang ia usung, seorang karakter wanita yang hidup di sebuah dunia post-apocalyptic dan bertempur melawan varian monster yang mengancam saja, Anda jelas paham bahwa tidak semua ide yang ditawarkan AI LIMIT adalah sesuatu yang benar-benar original. Namun seiring dengan progress berjalan, ada kesan bahwa level kreativitas di sini tidak setinggi yang kita harapkan.

Apa pasal? Karena konten-konten yang jelas terinspirasi dari game-game Souls-like atau bahkan yang datang dari produk From Software itu sendiri terlalu banyak di sini, hingga Anda mulai sulit untuk tidak mengambil pikiran negatif bahwa si tim – Sense Games sebenarnya tak punya banyak energi kreatif untuk membuat AI LIMIT terasa unik dan berbeda. Sesuatu yang tidak bisa dilindungi oleh sekadar alasan “indie” saja.

Sebagai contoh? Anda akan bertemu dengan kolam berisikan pemicu status effect yang saat ini sudah seolah menjadi signature seorang Hidetaka Miyazaki dari From Software. Di AI LIMIT, akan ada sebuah area besar yang berisikan cairan Poison dengan begitu banyak jalur yang siap untuk membuat Anda merasa sedikit kerepotan, walaupun harus diakui, tidak sebrutal apa yang pernah dipersiapkan oleh From Software.

Atau Anda masih ingat dengan salah satu rintangan besar Elden Ring versi dasar untuk memicu sebuah ending baru? Di salah satu dungeon legendaris tersebut, alih-alih harus melawan boss atau monster besar, tantangan utama Anda adalah platforming. Anda harus mencari jalan paling aman, melompati atau jatuh dari satu platform ke platform lain untuk bisa tiba di bagian paling dasar dalam kondisi hidup. Ya, benar sekali, AI LIMIT juga memuat sesi tersebut. Tidak sampai di sana, Anda masih ingat desain level yang meminta Anda untuk percaya dan terjun ke dalam jurang yang dalam untuk akses ke level atau boss selanjutnya? Anda sepertinya sudah bisa menebak apa yang akan kami tulis di sini.

Anda yang sudah menikmati banyak game Souls, terutama yang datang dari From Software, akan menemukan elemen dan desain yang familiar di sini.
Situasi ini mengesankan Sense Games tak punya kapabilitas kreatif yang cukup untuk membangun pengalaman Souls yang lebih unik bagi AI LIMIT.

Atau Anda masih ingat betapa terkejutnya Anda ketika memainkan Elden Ring atau Bloodborne dimana “sesi mati” Anda di wilayah tertentu ternyata tidak membawa Anda ke layar GameOver, melainkan ke area yang benar-benar baru dengan ekstra tantangan yang berbeda? Ya, game ini juga punya sesi tersebut. Mengingat betapa uniknya “kejutan” ini untuk proyek game From Software, level “inspirasi”-nya terasa terelevasi ke tingkat baru karenanya.

Bahkan sulit rasanya untuk tidak merasa bahwa ada satu atau dua pertarungan di game ini, terutama pada saat melawan monster Necro yang besar, yang jelas terinspirasi dari game-game Software. Ketika berhadapan dengan monster bermata “lubang hitam” yang punya varian serangan laser berkecepatan tinggi dan sayap yang menjadi ciri-khasnya, kami tidak bisa mengesampingkan begitu saja rasa familiar yang tiba-tiba terpicu di hati kami. Jelas, ada elemen dari pertarungan boss tersebut yang sempat kami temui sebelumnya.

Inspirasi memang bukan sesuatu yang buruk karena sistem Souls seperti item penyembuh yang terisi saat mengunjungi lokasi tertentu atau resource yang jatuh sebagai konsekuensi tewas bukanlah sesuatu yang aneh lagi. Namun di kasus AI LIMIT, ada beberapa bagian yang menurut kami bahwa level “inspirasi”-nya ini terlalu banyak hingga seolah meruntuhkan kesan bahwa Sense Games punya kapabilitas kreatif yang tinggi.

Kesimpulan

AI LIMIT tetap kami pandang sebagai game Souls-like yang solid. Ia punya kualitas di atas rata-rata sebagai sebuah game indie walaupun tetap jauh dari kata sempurna. Dengan harga lumayan terjangkau yang ia tawarkan pada saat review ini ditulis, ia akan jadi opsi yang menarik

Fakta bahwa Anda akan menikmati AI LIMIT atau tidak sepertinya akan sangat bergantung pada ekspektasi Anda sendiri. Kami yang datang dengan sudut pandang bahwa ia adalah sebuah game indie, yang tentu saja terbatas di banyak hal, menikmati perjalanan kami dari awal hingga akhir. Sebagai game Souls-like, ia menghadirkan semua elemen yang kita butuhkan – dari pertarungan resiko tinggi, boss-boss menyeramkan, opsi untuk menyerang dan bertahan, hingga sistem quest terkait NPC yang bisa membuka varian ending yang baru. Untuk sebuah game Souls dengan visual tiga dimensi, Anda akan mendapatkan apa yang Anda butuhkan.

Namun keterbatasan budget tersebut juga mau tidak mau memicu beragam kekurangan, dari sisi animasi hingga desain level yang jelas terinspirasi dari game-game From Software. Anda juga akan menemukan inkonsistensi hit-box yang terkadang masih terjadi ketika Anda melawan musuh yang lebih tinggi daripada Arissa. Kami juga sempat menemukan bug di versi Playstation 5 dimana kami terjebak di loading screen tanpa bisa masuk ke game karena alasan yang tidak jelas. Untungnya saja, situasi ini berhasil diatasi dengan secara manual memilih save data untuk di-Load setelah menutup si game. Yang paling kami kesalkan? Game ini tidak memuat fitur Transmog terlepas dari begitu banyaknya varian equipment yang terlihat manis untuk dipasangkan ke Arissa.

Di luar kekurangan tersebut, AI LIMIT tetap kami pandang sebagai game Souls-like yang solid. Ia punya kualitas di atas rata-rata sebagai sebuah game indie walaupun tetap jauh dari kata sempurna. Dengan harga lumayan terjangkau yang ia tawarkan pada saat review ini ditulis, ia akan jadi opsi yang menarik untuk Anda – para veteran Souls-like yang mencari kesibukan di waktu luang. Sementara bagi gamer-gamer pendatang baru? Walaupun tidak semudah Code Vein, AI LIMIT tetap akan membantu Anda menyerap skill dan memori otot untuk mengatasi lebih banyak game Souls di masa depan.

Kelebihan

Tidak sempurna memang, namun keseluruhan pengalaman game ini sebagai game Souls-like tetap terasa solid.
  • Pengalaman keseluruhan cukup solid sebagai game Souls-like
  • Multiple endings dengan sistem quest NPC untuk dikejar
  • Banyak equipment yang akan mempengaruhi desain karakter utama
  • Tingkat kesulitan cukup menantang
  • Varian senjata dan magic lumayan menarik untuk dikuasai
  • Cerita utama cukup memancing rasa penasaran
  • Reward eksplorasi biasanya terasa sepadan dengan ekstra usaha yang diambil

Kekurangan

Sangat disayangkan game ini tak punya fitur transmog.
  • Terlalu banyak konten yang jelas “terinspirasi” dari game lain
  • Tanpa fitur transmog
  • Peningkatan tingkat kesulitan bisa terasa tidak seimbang di beberapa titik cerita
  • Animasi terasa kaku di cut-scene
  • Keseluruhan presentasi masih punya cita rasa indie yang kental
  • Fitur peta tidak berguna
  • Sistem souls yang jatuh tanpa bisa diambil kembali setelah hidup jadi mekanik yang membingungkan
  • Hitbox tidak terlalu presisi terutama untuk musuh yang berukuran lebih tinggi
  • Masih ada bug yang menghalangi progress

Direkomendasikan untuk gamer: yang mencintai game Souls-like, senang dengan konsep karakter utama wanita ala NieR atau Stellar Blade

Tidak direkomendasikan untuk gamer: yang menginginkan game dengan level presentasi AAA, menginginkan pengalaman Souls-like yang baru dan unik

Related Topics:
Author picture
Editor in Chief
Pladidus sudah berkecimpung selama 14 tahun di industri media game Indonesia dan selalu bersemangat untuk merekomendasikan Suikoden II kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja.

Next Post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest

Level Up Your Gaming News!

Subscribe for the latest gaming news and updates.

Share this website