Dua Karakter, Dua Gaya

Assassin’s Creed Shadows tentu bukanlah seri pertama dimana Asasssin’s Creed datang dengan konsep dua karakter yang berbeda. Kita tentu masih ingat dengan Jacob dan Evie Frye, dua kakak beradik Assassin yang hidup di era revolusi industri Inggris via Assassin’s Creed Syndicate. Keduanya berbeda hanya dari jenis kelamin saja, namun berbagi fungsi dan kemampuan yang sama. Konsep ini tidak serupa dengan apa yang berusaha ditawarkan Ubisoft di Assassin’s Creed Shadows.
Pertama-tama, Naoe dan Yasuke adalah dua karakter dengan fokus yang berbeda. Bahwa sangat jelas konsep ini ditawarkan oleh Ubisoft di Shadows sebagai solusi untuk memfasilitasi basis fans yang bisa dibilang terbagi ke dalam dua spektrum berbeda – mereka yang menginginkan Assassin’s Creed kembali ke akar stealth mereka seperti di seri-seri awal dan mereka yang jatuh cinta pada konsep action RPG yang memang lebih mengakomodasi sistem pertarungan terbuka, yang berhasil menggaet pasar jauh lebih besar. Konsep dua karakter Shadows didesain untuk memfasilitasi kedua gaya bermain ini di satu seri yang sama.
Naoe sebagai seorang Shinobi diracik sebagai karakter yang berfokus pada sisi stealth. Dengan tubuh kecilnya yang lincah dan grappling hook yang ia miliki, Naoe lebih cepat dan mudah bergerak secara horizontal ataupun vertikal. Dengan konsep sistem bayangan yang menyerupai Splinter Cell dimana Anda bisa memanfaatkan maksimal absennya cahaya untuk membaur bersama dengan kegelapan, Naoe akan mengakomodasi mereka yang rindu cita rasa Assassin’s Creed lawas. Sebagai seorang Assassin, ia juga bisa memanfaatkan kemampuan Eagle Vision untuk melihat menembus dinding dan menandai ragam target yang ada.


Sementara di sisi lain, Yasuke berdiri di spektrum sebaliknya, dimana berperan sebagai seorang samurai yang bongsor, kekuatan saat bertempur terbuka akan menjadi kunci jawaban untuk semua masalah yang ia hadapi. Yasuke yang tidak punya Eagle Vision dan terlalu besar untuk menikmati aksi Leap of Faith ini akan jauh lebih mumpuni pada saat bertarung secara terbuka. Ia tidak hanya diperkuat varian senjata dan panjang kombo yang lebih matang saja, tetapi juga kekuatan yang cukup untuk membuka pertahanan musuh hanya dengan beberapa kali serang saja. Kebongsorannya juga dicitrakan lewat tebalnya HP yang ia usung.
Namun perlu diingat bahwa perbedaan ini tidak lantas membuat baik Naoe ataupun Yasuke tidak bisa menempuh aksi sebaliknya. Naoe tetap bisa bertarung terbuka, hanya saja ia jauh lebih rentan untuk tewas karena tipis-nya HP dan ekstra kerja keras yang dibutuhkan untuk membuka pertahanan musuh. Yasuke juga bisa Anda andalkan untuk aksi stealth, namun geraknya yang lambat serta absennya kemampuan seperti Eagle Vision hingga kemampuan bunuh dari udara membuatnya sama sekali tidak efektif. Anda bisa mencobanya, namun pada akhirnya Anda akan tetap paham bahwa masing-masing karakter ini akan punya spesialisasi-nya sendiri-sendiri. Walaupun harus diakui, di end-game nantinya ,bergantung pada build yang Anda sertakan, Naoe bisa berujung sama efektifnya di aksi stealth mampun perang terbuka.
Perbedaan ini juga membuat Naoe mau tidak mau berujung terasa jauh lebih superior di sisi eksplorasi. Mengingat hampir sebagian besar point observasi Anda untuk membuka peta dan ragam point of interests masih mengikuti gaya lama Assassin’s Creed yang ditempatkan di posisi super tinggi, maka Naoe dengan kelincahan dan grappling hook akan jauh lebih mudah untuk menggapai mereka. Misi-misi kecil yang meminta Anda mengumpulkan gulungan di pagoda misalnya, yang biasanya juga ditempatkan di bagian atap dan tempat tinggi lainnya, juga akan lebih mudah untuk dipanjat oleh Naoe. Sementara Yasuke harus menelan pil pahit kenyataan bahwa tubuh bongsornya terkadang bahkan membuatnya tak bisa menjangkau atap atau batu yang sedikit lebih tinggi dari gapaian tangannya.


Atas nama proses balancing, Ubisoft juga memastikan Anda tidak akan semudah itu mengekspoitasi sistem dua karakter ini. Memang Anda bisa berganti karakter kapanpun Anda inginkan lewat menu inventory, tidak hanya di markas atau rumah aman saja. Akan tetapi, Anda tidak serta-merta bebas untuk melakukannya dimanapun. Anda tidak akan bisa melakukannya di wilayah-wilayah yang ditandai predikat “terbatas” atau saat tengah mendalami pertarungan. Situasi ini membuat Anda terkadang harus berpikir panjang dan memilih karakter lebih dulu sebelum masuk ke dalam situasi ynang lebih berbahaya.
Sebagai contoh? Ketika Anda memutuskan untuk melakukan aksi infiltrasi ke salah satu kastil atas nama mencuri dan mendapatkan ragam resource misalnya. Memilih Yasuke berarti menjamin aksi invasi yang lebih lugas, dimana Anda hanya perlu datang dan membasmi semua musuh yang dilemparkan kepada Anda, termasuk jenis musuh tipe Brute dan Guardian yang lebih tebal dan mematikan. Namun di sisi lain, Anda bisa saja kesulitan untuk memanjat atap kastil ketika dibutuhkan yang membuat pengalaman ini bisa berujung menyebalkan. Di situasi ini, Anda harus keluar dari kastil lebih dahulu, memastikan situasi aman, sebelum bisa berganti karakter menjadi Naoe untuk aksi tersebut. Dengan sistem ini, Anda tidak bisa hanya menggunakan dan “menikmati” karakter dari sisi kelebihannya saja, tetapi juga harus menerima kekurangan mereka.
Ubisoft juga menyuntikkan satu sistem ekstra untuk memotivasi Anda untuk berganti karakter – yakni sistem buronan. Bahwa jika Anda berperang secara terbuka, yang tentu saja lebih mudah ketika Anda menggunakan Yasuke, maka semakin besar kemungkinan Anda untuk menarik perhatian keamanan dan publik untuk dicap sebagai buronan di region terkait. Menjadi buronan akan membuat Anda dihitung sebagai ancaman dan akan terus memicu agro pasukan di region terkait kemanapun Anda pergi. Ada tiga solusi untuk situasi ini: menunggu pergantian musim yang juga akan diikuti dengan aksi refresh untuk banyak hal termasuk status buronan, berpindah karakter, atau yang terakhir – membayarnya dengan resource baru bernama Scouts.
Benar sekali, atas nama mensimulasikan organisasi Assassin di Shadows ini, Ubisoft juga melakukan aksi permak ulang sistem Scouts yang kini difungsikan sebagai “mata uang” dengan peran yang jauh lebih penting dari seri-seri sebelumnya. Berbeda dengan banyak seri Assassin’s Creed modern sebelumnya yang biasanya akan langsung menyertakan kepada Anda target dan lokasinya jika dibutuhkan, Shadows menempatkannya dengan selubung misteri tersendiri. Untuk setiap board target yang ingin Anda bunuh, Anda biasanya hanya mendapatkan informasi soal estimasi posisi, bukan sesuatu yang pasti. Dengan menghabiskan resource bernama Scouts yang berfungsi tak ubahnya radar ini dan berbasis potongan informasi yang Anda miliki, Anda bisa menentukan titik target dimana semestinya mereka berada.


Efektivitas dan jumlah Scouts yang Anda miliki di satu waktu juga bisa ditingkatkan dari sistem bangun markas yang juga ditawarkan oleh Shadows. Berbekal ragam material yang bisa Anda kumpulkan dari peti dan gudang penyimpanan yang Anda temukan di lokasi-lokasi berbahaya dan kastil, Anda akan disediakan sebuah tanah kosong cukup luas untuk membangun ragam fasilitas yang ada. Fasilitas yang Anda bangun bisa punya fungsi aktif – seperti membuka akses ke blacksmith dan sistem Ally yang bisa Anda panggil membantu sewaktu-waktu untuk membantu Anda atau fungsi pasif – seperti meningkatkan efektivitas kerja Scouts hingga persentase kesembuhan yang bisa dipicu item terbatas Anda – Rations.
Tentu saja, Anda selalu punya kebebasan untuk menikmati fitur baru ini sesuai dengan prioritas Anda. Untuk kami yang tak pernah tertarik dengan konsep seperti ini, fasilitas sekadar dibangun atas nama buff dan efisiensi fitur saja. Sementara Anda yang benar-benar ingin membangun sebuah hub Assassin yang fantastis untuk Naoe, Yasuke, dan para karakter pendukung yang bisa Anda rekrut di sepanjang permainan, Shadows memfasilitasi hal tersebut dengan cukup baik. Ada cukup banyak item dekorasi kosmetik yang disertakan untuk membantu Anda mewujudkan kompleks Shinobi yang Anda dambakan, dari sekadar taman, kolam, hingga pohon sakura raksasa yang tentu saja berbunga mengikuti musim yang ada.
Maka sisa perjalanan Anda akan diisi dengan upaya untuk memperkuat Naoe dan Yasuke lewat dua sistem: equipment dan pohon skill. Walaupun cita rasa RPG-nya sudah cukup berkurang lewat hilangnya sistem angka damage secara default dan sistem level yang tidak lagi banyak berpengaruh pada aksi stealth Anda, namun ia tetap memainkan peran penting.
Equipment dengan beragam kelangkaan disertakan dengan sistem ailments seperti Bleed dan Poison untuk senjata yang bisa Anda maksimalkan ataupun armor dengan fungsi defense tertentu. Mengandalkan kemampuan Blacksmith di markas, Anda juga bisa secara konsisten meningkatkan level equipment favorit Anda mengikuti level karakter dengan sejumlah uang dan material. Di sini, Anda juga bisa menyuntikkan Engraving – sejenis sistem penyuntikkan satu buff ekstra untuk memperkuat buff dan armor Anda. Naoe dan Yasuke akan punya sistem equipment berbeda, yang bisa juga Anda dapatkan dari misi utama, sampingan, dan ragam peti harta karun yang Anda temukan.


Yang menarik adalah sistem pohon skill Shadows yang ternyata tidak selugas yang dibayangkan. Ada dua sistem yang berjalan di sini – Knowledge dan Skill Points itu sendiri. Knowledge Points yang didapatkan dari menyelesaikan aktivitas sampingan akan meningkatkan level Pohon Skill, yang berarti membuka lebih banyak kemampuan berbasis kategori spesifik untuk dikuasai oleh Naoe ataupun Yasuke.
Sementara untuk membukanya sendiri, Anda menggunakan resource berbeda yang bisa dikumpulkan dari kenaikan level ataupun aksi bunuh orang penting di kastil dan misi sampingan. Ubisoft terhitung berhasil mendesain jenis kategorisasi yang fleksibel untuk mendukung gaya bermain Anda. Sebagai contoh? Kami bisa memainkan Naoe dari awal sampai akhir permainan tanpa sedikitpun meningkatkan pohon skill terkait Tools shinobi yang bisa ia lemparkan. Kami berfokus pada aksi bertarung menggunakan katana dan kemampuan stealth yang ia miliki.
Sisa kunci kemenangan kini bergantung pada seberapa baik Anda memanfaatkan ragam kemampuan yang bisa Anda capai dengan Naoe dan Yasuka. Ini berarti soal kemampuan membaca gerak musuh mengingat tiap varian punya jenis serangan berwarna merah yang tidak bisa Anda deflect dengan sekadar timing, mencari prioritas soal target musuh mana yang harus Anda bunuh lebih dulu di perang terbuka, dan tentu saja memanfaatkan ragam skill aktif yang bisa Anda akses. Tenang saja, selama Anda punya sedikit saja pengalaman di game pertarungan melee ala Ghost of Tsushima atau game Platinum Games misalnya, Anda harusnya tidak akan kesulitan menikmati pertarungan di Shadows, bahkan sebagai Naoe yang rentan sekalipun.
Sayang seribu sayang, terlepas dari sistem dua karakter yang terasa cukup signifikan untuk memfasilitasi gaya bermain yang berbeda ini, pada akhirnya Assassin’s Creed Shadows tetaplah sebuah game Assassin’s Creed dengan formula familiar yang selama ini Anda kenal. Aksi eksplorasi akan berkutat soal mencari menara tinggi terdekat, melakukan observasi, dan berhadapan dengan segudang aktivitas yang menunggu untuk Anda selesaikan dalam bentuk tanda tanya. Bahkan, Shadows menjanjikan lebih banyak kesibukan daripada seri-seri Assassin’s Creed yang lain. Hampir setiap region yang Anda singgahi biasanya memiliki papan target pembunuhannya sendiri di luar cerita utama. Kami tidak bisa berbohong bahwa ada titik dimana upaya kami untuk menyelesaikan segala sesuatunya selengkap yang kami bisa berujung jadi sebuah kelelahan alih-alih ketertarikan.


Sistem Scouts untuk membuka tabir misteri soal posisi target yang seharusnya juga meninggalkan masalah spesifik. Mengingat clue-nya hanya soal “gambaran” lokasi dan nama daerah, ini berarti Anda harus secara konsisten membuka peta, membaca nama wilayah, dan menikmati rasa frustrasi karena Anda masih belum membuka wilayah dimaksud atau lupa dimana posisinya. Jujur, ada begitu banyak waktu yang kami habiskan hanya untuk melakukan zoom in dan zoom out peta hanya untuk meletakkan Scouts di posisi yang tepat karena kebingungan ini. Di awal, ini mungkin menarik. Namun seiring dengan banyak target yang Anda bunuh? Ini mulai terasa menjengkelkan.
Sementara untuk struktur misinya sendiri, walaupun sebagian besar misi utama akan bisa Anda selesaikan dengan Yasuke ataupun Naoe yang biasanya punya pendekatan dan objektif mereka masing-masing, Assassin’s Creed Shadows akan tetap punya jenis misi dimana ia memang didesain untuk mendorong cerita dan konflik masing-masing karakter sebut.
Di situasi ini, seperti yang bisa Anda prediksi, Anda hanya akan bisa menggunakan karakter yang diminta sesuai dengan cerita tanpa ada kesempatan untuk mengubahnya. Menariknya? Untuk beberapa misi yang memungkinkan keduanya untuk dipakai, NPC akan punya respon spesifik mengikuti siapa yang muncul – Naoe atau Yasuke dan siapa yang sebenarnya ia tunggu. Sebagai contoh? Jika sang NPC menunggu Yasuke dan Anda menemuinya sebagai Naoe, si NPC bisa berakhir terkejut yang diikuti dengan perkenalan ekstra Naoe soal siapa dirinya dan bagaimana ia dan Yasuke berkaitan untuk satu visi Jepang yang sama.
Satu bagian yang menarik pula, Shadows juga menawarkan beragam opsi percakapan yang kini punya pengaruh tersendiri untuk apa yang Anda dapatkan selanjutnya, termasuk soal sisi romansa dan Ally mana saja yang bisa Anda rekrut. Untungnya, ada informasi eksplisit yang akan memberi tahu Anda bahwa keputusan yang diambil di titik itu akan punya pengaruh besar ala game-game Telltale sehingga Anda bisa mempertimbangkannya dengan lebih matang. Ally memang akan bisa Anda gunakan untuk distraksi atau sedikit membantu pertarungan terbuka Anda, namun, mengingat seberapa mematikannya Naoe dan Yasuke, kami bahkan seringkali lupa bahwa sistem ini eksis selama kurang lebih 60 jam waktu yang kami habiskan untuk menyelesaikannya.
3 Responses
Pertama kali baca review mu di web yang ini, masih suka as always gaya penulisan & gaya reviewnya. Keren bang
Thanks udah baca dans support!
Wah pantes udah gak update di JP, ternyata mas Plad udah ada media sendiri, big congrats! Ditunggu update2 artikel terbarunya mas