Dramatis, Dinamis

Death Stranding 2 memang akan membawa Anda ke negara dan benua yang berbeda, namun pada akhirnya, ia tetap akan berbagi esensi yang sama. Anda tidak akan tiba-tiba bertemu dengan kota urban ramai penghuni ala game open-world kebanyakan. Ini tetaplah sebuah dunia post-apocalyptic dengan ancaman yang cukup untuk membuat manusia lebih memilih untuk berdiam di bunker mereka masing-masing. Sebuah dunia dimana untuk sekali lagi, sang kurir memainkan peran super penting.
Walaupun Anda tidak lagi berada di Amerika, esensi dunia Death Stranding yang ditawarkan di sini tetap serupa. Anda akan bertemu dengan banyak terrain sulit yang secara otomati hadir sebagai ekstra tantangan untuk Anda lalui dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Kita berbicara soal jalan berbatu, tebing tinggi, pegunungan salju yang dingin dan sudah pasti memperlambat gerak kaki Anda, hingga dataran rendah dengan sungai di tengahnya. Area yang bisa dibilang “baru” di seri ini hanyalah padang pasir yang datang dengan efek fatamorgana yang keren di kala terik.
Walaupun demikian, Kojima berhasil mendorong level dramatisasi nan sinematiknya lebih jauh di seri kedua ini terlepas dari pondasi yang sebenarnya sama. Di luar pendekatan kamera sinematik yang muncul setiap kali Anda masuk ke beberapa area yang penting di sisi cerita, Anda juga akan betemu dengan lebih banyak efek di angkasa terutama ketika gelap tiba. Bulan besar menemani, garis cahaya bak aurora, hingga sekadar bintang kecil yang tertutup sedikit awan di kala senja. Matahari yang bersinar di kala senjata dengan ekstra pantulan di laut yang tenang juga terkadang seolah jadi undangan bagi Anda untuk beristirahat sejenak. Tidak hanya dramatis, dunia Death Stranding 2 kini juga semakin dinamis. Di luar beberapa skenario yang memang didesain sedemikian untuk terpicu, negara dan benua baru yang Anda kunjungi kini juga “hidup”.


Akan ada gempa mendadak dalam ragam skala yang berpotensi untuk membuat batu-batu besar di pegunungan longsor di kecepatan tinggi. Akan ada badai pasir kencang yang tidak hanya membatasi pandangan tetapi juga menyulitkan pergerakan Anda. Ada sungai yang kini bisa meluap ketika hujan besar datang, yang tidak hanya membuat Anda sulit menyebranginya saja, tetapi juga berpotensi merusak infrastruktur jembatan yang sempat dibangun di atasnya. Salah satu favorit kami? Kebakaran hutan yang apinya bisa meluas dan mengancam jika Anda sekadar membiarkannya saja. Walupun sayangnya untuk kasus terakhir ini, kami hanya menemukannya terikat pada salah satu cerita dan belum menemukan situasi dimana ia benar-benar terjadi secara dinamis saat eksplorasi.
Dengan sisi presentasi yang kini memanfaatkan optimal performa ekstra konsol generasi terkini, menikmati game ini di Playstation 5 versi dasar saja sudah meninggalkan apresiasi tersendiri. Dramatisasi lewat desain terrain hingga efek cahaya juga diperkuat dengan level animasi fantastis yang jelas dibangun dengan teknologi mo-cap yang serius. Setiap cut-scene yang hadir, baik sekadar bercakap hingga action berujung tampil memukau. Ia terlihat begitu keren dari penempatan kamera, koreografi, hingga sekadar hal kecil seperti reaksi misalnya. Ada level keseriusan dan sekaligus ke-absurd-an yang sulit diungkapkan, namun melebur dengan manis di banyak scene. Kojima jelas bersenang-senang dengan seri kali dibandingkan dengan yang pertama.
Maka pendekatan audio-nya pun tidak kalah fantastis. Untuk kedua kalinya, Kojima memperlakukan Death Stranding 2 sebagai rekomendasi library Spotify atau Apple Music-nya kepada Anda. Walaupun terdengar begitu narsistik dan egosentrik, namun pilihan lagu yang ia ambil, yang mungkin terdengar asing di telinga Anda, berhasil membuat perjalanan sekadar menuruni gunung atau menyusuri padang pasir beujung lebih keren dari yang seharusnya. Asyiknya lagi? Tidak kesemuanya datang dari sekadar band dan sejenisnya. Death Stranding 2 juga datang dengan ragam momen musik original yang siap meng-elevasi banyak momen menjadi kian epik dan dramatis.


Seriu ini juga berhasil membuat kami memahami dan mengerti satu hal – mengapa Troy Baker bisa berujung dibayar mahal sebagai voice actor kawakan di industri game. Walaupun ia sudah membintangi begitu banyak karakter ikonik di industri game, bahkan Higgs sendiri untuk Death Stranding pertama, ada apresiasi ekstra soal aktingnya di seri kedua – On the Beach ini. Tanpa berusaha mendeskreditkan potret dan akting karakter yang ada, Troy Baker bersinar sebagai Higgs. Anda bisa merasakan ketakutan, rasa benci, dendam, amarah, kegilaan, sampai sesi maniac yang ia presentasikan dengan fantastis di sini. Ini bagi kami, adalah performa terbaiknya sejauh in di industri game.
Lebih Cepat, Lebih Asyik

Secara pondasi, Death Stranding 2 tidak berbeda banyak dari seri pertamanya. Ini tetap sebuah seri game yang meminta Anda untuk berperan sebagai kurir pengantar barang dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Begitu lokasi yang dianggap penting sudah tercapai, Anda akan “dihadiahi” dengan ekstra cerita dan terkadang, pertarungan melawan boss yang tentu saja juga berkaitan dengan cerita juga. Seperti sang seri pertama juga, akan ada beberapa lokasi non-cerita yang hadir sebagai misi sampingan yang juga bisa Anda singgahi dan kaitkan untuk ekstra reward, yang bisa saja berujung membuka lebih banyak varian senjata, equipment, hingga kendaraan. Di luar ekstra kesenangan siapa yang kira-kira Kojima tempat sebagai cameo “tuan rumah” di lokasi-lokasi tersebut.
Maka seperti sang seri pertama pula, kargo yang Anda dapatkan juga akan beragam, dari yang solid hingga yang begitu rapuh dan bahkan, butuh ditempatkan di posisi tertentu. Setiap shelter nantinya akan menilai seberapa baik proses pengiriman Anda dan memberikan Likes yang berfungsi sebagai experience kedekatan Anda. Semakin tinggi level kedekatan yang ditunjukkan dalam bentuk bintang, semakin banyak pula resource yang bisa Anda kumpulkan dari shelter dimaksud serta potensi untuk membuka lebih banyak blueprint senjata hingga aksesoris. Anda yang sempat memainkan Death Stranding petama sepetinya sudah memahami core loop gameplay yang satu ini.
Namun tenang saja, pengalaman Anda bersama dengan Death Stranding 2 : On the Beach akan jauh lebih cepat dan asyik di saat yang sama. Mengapa? Karena tidak seperti seri pertamanya dimana Kojima benar-benar ingin Anda merasakan penderitaan sebagai kurir dengan 15-20 jam pertama hanya bisa berjalan kaki melintasi terrain sulit tanpa dibekali persenjataan memadai, Death Strandding 2 menawarkan pacing yang jauh lebih baik.
Anda akan mendapatkan akses kendaraan jauh lebih cepat, senjata-senjata “mematikan” lebih mudah, hingga “area” tutorial yang jauh lebih bersahabat hanya dalam beberapa jam pertama saja. Ini membuat sebagian besar pengalaman Anda lebih bebas dari rasa frustrasi walaupun beberapa area seperti pengunungan tinggi dengan salju super tebal misalnya, akan membuat Anda sedikit kewalahan juga. Pendekatan dengan pacing akses teknologi yang lebih baik ini, bahkan untuk urusan exoskeleton yang membuat Sam mampu menbawa lebih banyak barang dan stabil saat eksplorasi misalnya, memang membuat Death Stranding 2 terasa lebih mudah.


Bahkan pergerakan ini membuat kami merasa bahwa memang ada upaya sengaja dari Kojima untuk membuat game ini tidak semengesalkan seri pertama. Ada beberapa penyesuaian juga yang akan Anda rasakan berkontribusi pada seluruh pengalaman ini.
Contohnya? Seperti Timefall misalnya. Jika di seri pertama sang hujan dengan efek percepatan waktu ini seringkali merusak kendaraan dan infrastuktur Anda dengan kecepatan yang menyebalkan, efeknya jauh lebih berkurang kali ini. Bahkan dari awal hingga akhir permainan, kendaraan yang kami gunakan sama sekali tidak pernah bertemu dengan situasi dimana ia tidak lagi bisa digunakan karena terus diguyur ole Timefall. Kehadiran jenis varian musuh baru sesuai cerita juga membuat seri kedua ini tidak lagi banyak berfokus pada BT, sehingga frekuensi area dimana mereka “tinggal” kini jauh berkurang. Lagipula mengingat akses senjata Anda kini lebih cepat, Anda sudah bisa melawan para BT ini jauh lebih cepat pula, sehingga tak ada lagi situasi dimana satu-satunya solusi hanyalah mengendap saja.
Keseruan dan keasyikan juga datang dari serangkaian tambahan QOL yang ditawarkan oleh seri kedua ini. Ada hal sesederhana fungsi “Offload” misalnya, dimana Anda tidak lagi harus mengambil resiko untuk melakukan aksi infiltrasi dengan segudang kotak di punggung Anda. Tombol “Offload” ini akann memungkinkan Anda untuk meninggalkan tas kurir Anda beserta dengan semua isinya begitu saja, dalam kondisi tetap terorganisir seperti sedia kala. Fungsi ini membuat Anda bisa masuk ke markas musuh untuk aksi stealth tanpa resiko. Ada juga ekstra fitur baru untuk \ infrastruktur seperti Timefall Shelter yang kini juga mampu menyemburkan otomatis gas untuk memperbaiki kargo alih-alih hanya sekadar payung semata.
Yang paling signifikan tentu saja adalah DHV Magellan itu sendiri yang ternyata hadir bukan sekadar penghias semata di sisi cerita. Ini adalah sebuah kapal pengantar yang bisa Anda manfaatkan untuk kepentingan eksplorasi Anda, yang membuat begitu banyak hal menjadi jauh lebih mudah dan ringkas.


Pertama, tidak seperti kasus teleport ala Fragile di seri pertama dimana Anda harus meninggalkan kargo Anda saat melakukan teleportasi, DHV Magellan adalah sebuah pesawat raksasa yang bahkan siap untuk membawa tidak hanya kargo Anda saja, tetapi juga truk yang Anda gunakan untuk membawanya. Ia hadir tanpa banyak limitasi sehingga ia jadi fungis yang fantastis. Benar sekali, ini adalah fungsi fast-travel yang langsung menawarkan dua keuntungan: Ia menjamin kargo Anda ikut dibawa dan ia bisa diakses dengan rentan waktu yang terhitung cepat sejak Anda memulai Death Stranding 2.
Namun, tentu saja ada proses balancing di sini. Atas nama menjamin Anda tidak bisa menggunakannya untuk membawa kargo-kargo dari misi sampingan dan mengeksploitasinya lebih jauh, semua kargo yang berkaitan dengan misi ini akan dihitung dengan rating khusus “Magellan” yang akan memberikan reward Like yang sangat rendah dibandingkan Anda membawa setiap kargo ini dengan cara yang seharusnya. Secara lore ini juga masuk akal mengingat cara kerja sang pesawat yang menyelam ke dalam tar, yang tentu saja cukup untuk membuat isi kargo Anda tidak lagi berfungsi dengan seharusnya. Anda juga tidak akan bisa menggunakan DHV Magellan untuk mengunjungi shelter yang belum Anda buka sebelumnya.
Walaupun demikian, ia tidak akan mempengaruhi kargo-kargo lain yang tidak berhubungan dengan misi, termasuk mobil, senjata, PCC untuk membangun infrastruktur khusus, hingga segudang varian materials dari Special Alloy hingga Metals yang nantinyaakan Anda butuhkan untuk membangun jalan-jalan yang ada, yang memang kembali jadi ekstra aktivitas yang pantas dikejar di seri kedua ini. Bahkan untuk urusan ini sekalipun, Death Stranding 2 juga menawarkan kemudahan. Selain alternatif opsi untuk bergerak cepat berupa monorail dengan jalur pasti yang juga bisa membawa kendaraan dan materials, Death Stranding 2 juga menawarkan konsep pertambangan. Bahwa tidak lagi harus susah payah dikumpulkan, akan ada pertambangan yang siap menukarkan Chiral yang Anda miliki dengan sejumlah materials yang Anda butuhkan, yang beberapa di antaranya juga tersambung dengan Monorail untuk ekstra aksi angkut yang lebih mudah dan terorganisasi.

Dengan semua hal ini, sulit rasanya untuk tidak menyimpulkan bahwa ada usaha dari Kojima untuk tidak hanya mempermudah Death Stranding 2 dan membuatnya lebih tidak rentan menimbulkan rasa frustrasi saja, tetapi juga bergerak ke araih mainstrem hingga ia bisa dinikmati oleh gamer-gamer yang benci dengan semua hal yang sempat ia tawarkan di seri pertama. Apalagi mengingat seri kedua ini juga mengusung lebih banyak markas musuh non-BT yang berarti menjamin lebih banyak potensi aksi tembak-tembakan jika mereka menginginkanya.
Masih belum cukup? Death Stranding 2 juga mengusung sistem baru bernama APAS yang secara sederhana bisa Anda bayangkan bak pohon skill di game RPG. Dengan resource yang ikut bertambah seiriing dengan banyaknya antara yang Anda lakukan, APAS akan memperkuat apa yang Anda butuhkan dari Sam dari hal sekecil berjalan lebih stabil, menawarkan kemampuan auto-drive bagi mobil di jalan, hingga yang super penting seperti peningkatan fire rate dan damage yang bisa dimuntahkan oleh setiap senjata yang Anda miliki.


Kerennya lagi? APAS juga punya satu sesi khusus yang didedikasikan untuk mengatur seberapai intens pengalaman “Asynchrounous Multiplayer” Anda nantinya. Benar sekali, ini soal seberapa sering Anda akan melihat dan menemukan infrastruktur-infrastruktur yang dibangun oleh player lain di sepanjang jalan, yang berarti secara tidak langsung – lebih banyak bala bantuan. Opsi kontrak sosial dengan player tertentu juga kini tersedia- jika Anda merasa ingin melihat lebih banyak infrastruktur mereka untuk muncul di dunia Anda. Namun sekali lagi, semua ini adalah opsi. Oleh karena itu, Anda yang ingin menyiksa diri dengan kesibukan mengumpulkan resource dan membangun infrastruktur sendiri tanpa bantuan akan selalu bisa melakukannya di sini.
Maka semua kombinasi ini menghasilkan satu kesimpulan yang menurut kami tidak terbantahkan – bahwa dibiandingkan seri pertamanya, Death Stranding 2: On the Beach sangat jauh bisa lebih dinikmati tanpa banyak rasa frustrasi. Ia punya pacing lebih baik dan ekstra fitur yang lebih mendukung, yang dari sisi lore memang rasional mengingat ia adalah sebuah seri sekuel. Ia akan terasa bak seri pertama dengan begitu banyak perbaikan dan penyempurnaan dan tentu saja cerita yang terdorong lebih jauh.