Imut Bukan Lagi Kunci

Walaupun kami tidak terlalu familiar dengan apa yang ditawarkan Game Freak, The Pokemon Company, dan Nintendo di beberapa iterasi terakhir Pokemon, namun game pertarungan monster yang satu ini memang tetap berpijak pada sisi desain monster, dunia, dan cerita yang dekat dengan anak-anak. Dengan startet tiga monster di awal, ia selalu hadir dengan sisi presentasi visual imut yang membuat hati Anda terenyuh. Sementara di Digimon? Masa tersebut sudah lama berlalu.
Anda memang tetap akan memilih satu di antara tiga monster starter di awal permainan, yang kesemuanya datang dengan bentuk yang imut. Namun tidak perlu menunggu terlalu lama hingga Anda paham bahwa Digimon tetap mempertahankan identitasnya sebuah seri petualangan monster yang benar-benar berbeda. Ini adalah game monster yang didesain untuk mereka yang lebih dewasa.
Hanya di level permainan awal saja misalnya, Anda sudah akan dihadapkan pada jenis Digimon lebih besar dengan bentuk yang super menyeramkan. Tidak hanya itu saja, alih-alih menawarkan cerita yang berfokus pada kebahagiaan, keunikan, atau kesenangan mengumpulkan atau bertarung dengan monster, cerita langsung memamerkan kepada Anda sebuah Jepang yang luluh lantak karena konflik yang mengesankan akhir dunia yang kuat. Apa yang ditawarkan Time Stranger sejak menit pertama permainan kian mengukuhkan apa yang memuat kami memilih franchise ini dibandingkan Pokemon untuk dicintai, walaupun sudah terhitung cukup lama kami tidak mengikuti cerita yang ada.
Maka petualangan Anda untuk menyelamatkan dunia pun akan terbagi ke dalam dua area besar: Tokyo dan Digimon World itu sendiri, yang masing-masing dibangun indah. Walaupun tidak mewakili sang lokasi dalam skala 1:1, dengan fokus di area Shinjuku dan Akihabara, Anda setidaknya masih mendapatkan landmark yang cukup detail dengan pendekatan NPC yang sedikit mengingatkan Anda pada seri Persona dari Atlus.


Sementara untuk dunia DIgimonnya itu sendiri? Ia hadir cukup magis dan berbeda, dengan beberapa area yang mengukuhkan identitas bahwa ia adalah dunia yang berbeda dengan dunia manusia. Bagian terbaiknya tentu saja melihat puluhan hingga mungkin ratusan varian Digimon sekadar “nongkrong” di sana dengan ketepatan tema jenis Digimon dengan biome yang ia usung. Apresiasi juga pantas diarahkan pada detail yang sudah disuntikkan oleh sang developer – Media Vision untuk setiap model Digimon yang ditawarkan di sini.
Namun sayangnya, sisi presentasi yang sudah memesona dari desain dunia hingga detail model Digimon itu sendiri tidak tercermin di bagian user-interface yang berada di bawah rata-rata. Walaupun jelas ia ingin mensimulasiikan UI sebuah DigiVice, namun apa yang dihasilkan masih terlihat berantakan. Anda masih harus melewati terlalu banyak menu untuk melakukan segala sesuatunya dengan efektif, seperti mengatur susunan Digimon yang Anda bawa ke party hingga masalah mengatur training mereka saat dimasukkan ke DigiFarm misalnya, yang akan kita bahas nanti.

Hal yang sama juga terjadi dengan OST dan voice acting yang di mata kami juga tidak se-istimewa yang dibayangkan. Terlepas dari fakta bahwa game ini memungkinkan Anda untuk emngatur sendiri musik yang ingin Anda putar saat momen penting terjadi, ia tidakk menyediakan lagu dari versi anime-nya untuk membuat sensasi tersebut kian epik. Bahkan untuk gamer-gamer pemilik versi Ultimate yang sudah dijual di tingkat harga paling mahal sekalipun, Anda tetap harus membeli DLC Pack musik anime ini. Sebuah situasi yang cukup mengecewakan.
Tetap RPG Digimon yang Anda Kenal

Secara sederhana, Digimon Story Time Stranger bisa Anda sederhanakan sebagai game RPG turn-based pada umumnya. Ini berarti Anda akan menyerang bergantian melawan siapapun monster yang tengah berada di hadapan Anda. Akan ada satu tombol khusus untuk menyerang musuh lebih dahulu di peta untuk keuntungan strategis atau bahkan menghabisi mereka secara instan jika beda level di antara Anda sudah terlalu jauh. Tidak ada yang istimewa di sini.
Yang membuatnya “berbeda” tentu saja konsep dan peraturan standar game DIgimon pada umumnya. Akan ada sistem gunting-batu-kertas di antara tiga varian Digimon: Vaccine, Data, dan Virus serta beragam elemen serangan berbasis magis ataupun fisik yang bisa mereka hadirkan.
Menariknya? Walaupun komposisi tim standar adalah tiga Digimon di party utama, game ini tetap membiarkan Anda menggonta-ganti mereka dengan tim cadangan jika Anda membutuhkannya atau karena salah satu dari mereka tewas. Digimon Story Time Stranger juga tidak akan menghitung menggunakan item sebagai akhir giliran sehingga Anda bisa tetap menggunakannya dan mengendalikan Digimon di urutan yang ada dalam satu kali gerak.
Hampir sebagian besar perjalanan Anda juga akan berujung dilayani oleh karakter tamu yang secara konsisten menemani sesuai dengan garis cerita yang berlangsung. Jadi alih-alih bertarung dengan 3 anggota party, Anda bisa jadi bertarung dengan 4-5 anggota. Walaupun sebagian besar Digimon tamu ini akan menyerang secara otomatis, Aegiomon yang notabene punya peran penting dalam cerita akan dihitung sebagai unit yang bisa Anda perintah secara manual. Sang karakter utama alias Agent juga punya serangan spesial yang bisa mempengaruhi performa tim, dari buff sampai healing.


Maka sisa dari permainan Anda adalah memastikan Anda memang membangun sebuah tim, baik yang maju di garda depan ataupun cadangan untuk memenuhi semua peran yang Anda butuhkan. Selain skill yang memang otomatis terikat pada satu Digimon tertentu, Time Stranger juga memungkinkan Anda untuk melakukan aksi cabut pasang skill aktif lainnya via sistem disc yang tentu saja membuat build semakin fleksibel. Tidak hanya itu saja, setiap Digimon juga akan dibekali dengan dua buah slot aksesoris untuk memperkuat status mereka.
Di level normal sekalipun, Digimon Story Time Stranger bukanlah sebuah game RPG yang bisa Anda pandang sebelah mata, terutama saat kita bicara soal pertarungan boss. Sebagian besar dari mereka datang dengan damage serangan besar dan beberapa gimmick menyebalkan. Situasi ini memang mengesankan bahwa game ini memang meminta Anda untuk melakukan aksi grinding lebih dulu untuk mempersiapkan diri, yang bisa dilakukan dengan menyusuri area yang sudah Anda lewati sebelumnya, level rahasia bernama Outer Dungeons, atau dengan mengorbankan Digimon-Digimon yang sudah berhasil Anda rekrut sebagai resource EXP untuk Digimon yang ingin Anda fokuskan.
Sisa petualangan Anda akan dihabiskan untuk berfokus membangun dan mengembangkan Digimon yang Anda inginkan lewat proses DigiVolve. Untuk setiap monster yang Anda fokuskan, Anda akan diberikan informasi cukup jelas soal syarat dan ketentuan apa saja yang dibutuhkan untuk naik ke evolusi selanjutnya. Hal tersebut juga berlaku untuk sistem Jogress permanen yang tidak lagi membutuhkan satu tetapi dua Digimon berbeda. Beberapa persyaratan juga tidak lagi sekadar terperangkap di angka atribut saja, tetapi juga kepribadian Digimon sekaligus tuntutan untuk memiliki item tertentu.
Atas nama balancing, game ini tidak akan membiiarkan Anda untuk langsung mengejar evolusi setinggi mungkin di awal permainan. Kemampuan untuk meracik evolusi di level Ultimate atau Mega misalnya akan terikat pada level dari Agent alias protagonis utama Anda. Level Agent sendiri akan bergantung pada seberapa besar skill points yang sudah dia distribusikan ke sistem pohon skill yang juga akan memperkuat Digimon Anda berdasarkan kepribadian mereka.


Point esensial ini hanya akan bisa Anda terima via misi utama dan misi sampingan yang tentu saja akan didistribusikan secara berkala, menjadi sejenis limitasi dan balancing untuk memastikan Anda yang menggilai proses grinding di awal sekalipun tidak akan berujung memiliki Digimon-Digimon super kuat terlalu cepat.
Sayangnya, seperti game-game RPG turn-based lawas pula, kualitas misi sampingan Digimon Story Time Stranger hadir dengan kualitas yang mengecewakan. Terlepas dari tema cerita utama yang berat dan menarik, tidak ada satupun dari bagian ini yang berhasil mencuri hati kami. Ia pada akhirnya berujung sekadar “penghalang” yang ingin kami selesaikan secepat mungkin atas nama skill points yang hendak kami distribusikan ke pohon yang ada.
Dengan semua kombinasi ini, terlepas dari bekal sisi presentasi visual yang fantastis, apalagi jika kita bicara animasi serangan masing-masing Digimon yang diracik dramatis, Digimon Story Time Stranger masih terasa seperti game RPG turn-based yang sudah “berumur”. Tidak ada masalah sebenarnya dengan konsep ini jika Anda memang tidakmengharapkan sesuatu yang lebih darinya. Namun bagi para penggemar Digimon, game ini akan memenuhi semua hal yang mereka inginkan.

