Review DOOM – The Dark Ages: Iblis Ketar-Ketir!
Page 2

Review DOOM – The Dark Ages: Iblis Ketar-Ketir!

Author picture
Author picture

Bukan Bumi

Terlepas dari wujud ras-nya yang mirip manusia, Argent D’ Nur bukanlah bumi ataupun Mars. Sehingga konsep “medieval” yang ia usung mungkin berbeda dengan apa yang Anda bayangkan.

Sejujurnya ketika id Software dan Bethesda membicarakan bagaimana DOOM: The Dark Ages akan mengusung cita rasa medieval sebagai fokus, kami sempat berpikir bahwa ia akan mengambil setting di bumi. Bahwa Doom Slayer akan bertarung bersama dengan manusia-manusia dengan teknologi rendah. Sementara teknologi mecha dan naga yang bisa ditunggangi mungkin sesuatu yang mereka gali dan merupakan bagian dari peradaban kuno atau luar angkasa. Kami terlalu naif.

Karena seperti yang kami bicarakan sebelumnya, bukan bumi ataupun Mars, pertarungan Doom Slayer sebelum ia beraksi di seri tahun 2016 ini terjadi di sebuah planet antah berantah yang kebetulan memiliki ras yang sama dengan manusia, namun dengan pendekatan dan pencapaian teknologi yang jauh berbeda. Anda mungkin melewatkan semua Codex yang tersebar, namun hanya dengan ragam pendekatan desain dan visual, Anda akan paham bahwa Night Sentinels yang Anda bantu merupakan ras pejuang dan pemberani dengan teknologi militer yang jauh lebih maju daripada bumi sekalipun. Kesan “Medieval” yang dijual hanya datang dari sekadar inspirasi desain senjata dan armor, bukan merujuk pada era spesifik.

Lewat cut-scene dan arsitektur bangunan yang ada, tidak ada keraguan bahwa ini adalah planet para perjuang.
Anda akan berhadapan dengan banyak desain senjata yang cadas, termasuk machine gun yang akan memuntahkan gilingan tengkorak yang dijadikan peluru.

Maka bukan DOOM namanya jika ia tidak memuat senjata-senjata super keren dengan desain yang begitu cadas. Selain senjata “standar” seperti Shotgun misalnya, Anda akan bertemu dengan rangkaian senjata yang konsepnya sendiri begitu metal. Setidaknya akan ada dua varian senjata dimana peluru yang Anda muntahkan dari moncong berasal dari sebuah tengkorak dengan simbol yang digiling secara real-time. Atas nama untuk mendukung tema Medieval yang ia usung, penyesuaian juga terjadi untuk sang esnjata paling destruktif – BFG yang kini berubah menjadi BFC, dengan Crossbow kini sebagai andalan.

Satu yang menarik, perubahan desain atas nama menyesuaikan tema medieval yang diusung juga tejadi pada semua varian iblis yang Anda temui di sepanjang perjalanan Anda. Walaupun ia berbagi varian dengan apa yang sempat Anda temui di bumi dan Mars sebelumnya, namun setiap dari mereka punya desain baru yang seperti bisa Anda prediksi, menguatkan kesan medieval yang ada. Mereka datang dengan armor atau ekstra senjata. Namun pada akhirnya, setiap dari mereka tetap bisa “diselesaikan” dengan cara yang sama, peluru dan ekstra pukulan di sana-sini. Anda juga akan berhadapan dengan varian iblis lebih besar yang untungnya bisa Anda taklukkan dengan “aksesoris” baru nan raksasa di sini.

Atas nama untuk mendukung mekanik gameplay baru yang kini jadi fokus dan akan kita bicarakan di sesi selanjutnya, DOOM: The Dark Ages juga memastikan animasi musuh dan ragam serangan yang bisa ia akses kini terlihat lebih jelas.

Anda akan bisa melihat dengan baik timing serangan musuh jika ia memutuskan untuk menghajar Anda dengan serangan melee. Kontras warna untuk serangan proyektil spesial berwarna hijau juga selalu jelas terlihat terlepas dari lingkungan apapun yang Anda temui. Tenang saja, seperti game FPS seharusnya, indikator dari mana datang arah serangan jika Anda kurang mawas juga akan terlihat di layar. Dengan kombinasi ini, di luar perhatian dari sisi desain, game ini tetap akan menjamin kenyamanan bermain Anda.

Mendukung mekanik baru yang disediakan, animasi hingga kontras warna proyektil terilhat jelas di sini.
Semakin lama kami memainkan game ini, semakin kami merindukan campur tangan Mick Gordon.

Sayangnya, pesona untuk “dunia baru” yang dijadikan settting seri terbaru DOOM ini tidak secadas musik yang ia usung. Memang, deru drum dan distorsi gitar keras akan tetap menemani perjalanan perburuan iblis Anda. Namun sayangnya, semakin jauh kami memainkan DOOM: The Dark Ages, semakin kami merindukan musik Mick Gordon yang menjadi komposer untuk seri 2016 dan Eternal. The Dark Ages memang terdengar cadas, namun gagal berujung istimewa. Tidak ada satupun track yang berujung membuat hati dan telinga kami tertarik untuk memasukkannya ke dalam playlist pribadi kami. Untungnya, voice act untuk ragam karakter pendukung di luar Doom Slayar yang tetap diposisikan bisu, berujung solid.

Cadas Cermat

Secara pondasi, The Dark Ages menawarkan banyak konsep yang serupa dengan seri sebelumnya.

Apa yang Anda harapkan dari sebuah seri DOOM modern? Benar sekali, aksi membasmi iblis dengan serangkaian senjata super cadas. Maka seperti apa yang ditawarkan di seri 2016 dan Eternal, pengalaman yang sama juga bisa Anda antisipasi dai The Dark Ages ini. Sejak 5 menit pertama gameplay, Anda akan disuguhi langsung dengan sebuah shotgun yang dengan pacing cerita yang cukup baik akan terus diisi dengan lebih banyak varian senjata yang mematikan.Bersama dengan senjata melee dari pukulan sampai flail, keduanya akan jadi solusi untuk semua masalah yang Anda hadapi di DOOM: The Dark Ages ini.

Mekanik dari seri sebelumya juga tetap dibawa. Bahwa tidak hanya sekadar menghajar mereka habis-habisan sampai mati, akan ada kesempatan untuk melakukan gerakan pemungkas di titik saat mereka lemah untuk mendapatkan lebih banyak resource, seperti peluru, ekstra HP, ataupun ekstra armor. Animasi ini hadir singkat dan tidak akan mengacaukan pacing sama sekali. Tentu saja, seiring dengan progress, Anda akan bertemu dengan lebih banyak varian Iblis, dari yang berbentuk bak kadal dengan armor tebal hingga penyihir dengan ekstra ilusi yang harus Anda tundukkan lebih dulu sebelum bisa dikalahkan.

Tentu saja, DOOM: The Dark Ages datang dengan mekanik baru yang secara menakjubkannya, berhasil tampil sebegitu menonjolnya hingga ia mengubah keseluhan pengalaman bermain dibandingkan dengan 2016 ataupun Eternal. Kunci tersebut terletak pada penambahan satu item baru – Shield.

Sang perisai yang kini secara konsisten akan digunakan Doom Slayer di tangan kirinya ini ternyata punya peran yang jauh lebih penting daripada yang Anda bayangkan sebelumnya. Seperti fungsinya di dunia nyata, Shield juga akan memberikan kesempatan Anda untuk bertahan dan tidak hanya sekadar menyerang membabi buta.Walaupun punya limitasi sebelumnya ia dihitung “hancur dan butuh waktu cooldown untuk digunakan kembali, namun Sheld tetap akan jadi solusi bagi Anda untuk bertahan hidup, terutama di tengah suasana pertempuran yang mungkin sebegitu kacaunya hingga Anda mulai panik soal apa yang bisa Anda lakukan.

Namun bukan itu saja, id Software juga membuat Shield ini jadi item ofenseif yang tidak kalah efektifnya. Seperti halnya dengan apa yang bisa dilakukan oleh Captain America, Anda juga bisa melemparkan Shield ini ke arah musuh sebagai senjata. Untuk para iblis lemah yang disebut fodder, ia akan secara otomatis menghabisi mereka secara instan. Sementara untuk varian Iblis yang lebih kuat, ia akan menghasilkan efek stun untuk periode tertentu yang membuat mereka bisa Anda serang dengan bebas.

Tidak hanya defensif, Shield di sini juga bisa digunakan untuk keperluan ofensif dengan aksi lempar ala Captain America.
Situasi ini juga membuat Anda kini punya opsi baru untuk menghemat peluru ragam senjata Anda.

Menariknya? Sisi ofensif Shield ini juga menghasilkan satu konsekuensi langsung – bahwa DOOM: The Dark Ages menjadi jauh lebih bersahabat jika kita bicara soal kebutuhan untuk menyimpan dan terus mencari peluru di setiap senjata. Mengapa? Karena Anda tidak perlu lagi menghabiskan peluru-peluru ini untuk para fodder yang kini bisa dihabisi dengan shield, yang notabene tidak menuntut resource apapun. Membuat musuh terhenti di track mereka dengan shield, yang sekali lagi tidak menuntut resource apapun, juga mendongkrak akurasi tembak Anda dengan tingkat efektivitas yang tinggi.

Namun pada akhirnya, salah satu yang paling berpengaruh juga datang dari mekanik baru yang jelas-jelas disuntikkan id Software dan Bethesda untuk membuat Shield ini kian luar biasa. Seperti halnya Sekiro ataupun game RPG teranyar -Clair Obscur, DOOM: The Dark Ages juga menyuntikkan sistem parry di dalamnya.

Benar sekali, Anda tidak salah membacanya. Tidak hanya lagi berdiri diam menerima serangan melee dan proyektil dari ragam arah, Doom Slayer di DOOM: The Dark Ages kini bisa melakukan aksi parry dengan shield-nya. Sama seperti game serupa, mekanismenya sederhana. Anda hanya harus mengangkat shield di timing yang tepat saat musuh melakukan serangan melee dengan ekstra indikator warna hijau. Sementara untuk serangan range, ia hadir lebih jelas, mengingat Anda hanya harus mengeksekusinya di proyektil yang jelas berwarna hijau.

Di awal, aksi parry ini hanya akan hadir sekadar sebagai solusi untuk menihilkan damage yang Anda terima sembari melemparkan damage kecil-kecilan sebagai counter. Namun seiring dengan perjalanan cerita terutama saat konsep Rune diperkenalkan, aksi counter setelah parry ini berujung jauh lebih destruktif dan mematikan. Ada Rune yang membua aksi counter ini diikuti dengan ledakan AOE yang tentu saja menghaislkan damage besar. Ada pula Rune berisikan pemicu hadirnya Auto-Turret yang akan menghabiskan peluru mereka dalam periode tertentu untuk damage yang benar benar besar. Kombinasi Rune ini, seperti halnya dengan aksi lempar Shield, juga akan menghemat peluru Anda.

Melakukan aksi parry untuk semua serangan berwarna hijau, baik melee ataupun range, akan jadi mekanik utama yang akan terus Anda lakukan di The Dark Ages.
Ia juga akan berkaitan dengan frekuensi penggunaan serangan melee yang tidak hanya kuat, tetapi juga mampu memunculkan resource penting seperti health misalnya.
Sistem Runes akan membuat Shield Anda bahkan lebh mematikan lagi.

Apalagi, The Dark Ages juga mengaitkan sistem parry ini dengan seberapa cepat waktu cooldown serangan melee Anda. Hadir dengan opsi seperti tangan kosong atau menggunakan flail, serangan melee ini memang diposisikan tidak hanya lebih mematikan saja, tetapi juga biasanya akan berujung menghasilkan lebih banyak resource dari armor, health, sampai peluru juga. Ini berarti semakin sering Anda melakukan parry, maka semakin siap pula beragam senjata untuk Anda gunakan.

Sistem ini kemudian menghasilkan sebuah siklus yang membuat pengalaman bersenjata The Dark Ages terasa jauh berbeda dengan Eternal, misalnya. Di Eternal, kepanikan untuk secara konsisten mengganti senjata setiap kali pertempuran dibuka menghasilkan ketegangan dan keseruan tersendiri, apalagi ketika Anda baru memahami bahwa peluru Anda begitu terbatas. Sementara di The Dark Ages? Kami tidak bertemu dengan situasi tersebut.  Bahkan ada situasi dimana kami hanya mengandalkan dua buah senjata utama dari pertengahan game hingga tamat tanpa sekalipun beralih atau harus panik memilih senjata yang lain. Peluru secara konsisten terisi dengan sistem parry Shield yang juga menghasilkan damage besar untuk musuh yang tengah Anda lawan. Haurs diakui, ada ekstra “keseruan” ayng terasa hilang dengan sistem Shield ini.

Untuk memperkuat sensasi epik yang ada sekaligus mencegah sensasi repetitif, apalagi dengan hilangnya konsep platforming ynng terlalu jadi fokus di Eternal, The Dark Ages menghadirkan dua ekstra konsep stage di sini. Ada level yang meminta Anda bertarung sebagai mecha raksasa yang harus diakui terasa seperti gameplay pada umumnya, hanya saja diposisikan lebih lambat dengan ekstra fokus melee untuk membuat kesan massa yang masif tersebut terasa. Akan ada pula level dimana Anda mengendarai naga, yang akan membuat Anda seperti tengah menikmati game pesawat ala Ace Combat dengan cita rasa DOOM. Tenang saja, skema kontrol-nya untungnya mudah untuk dikuasai.

Pertarungan sebagai mecha hadir dengan konsep linear dan sederhana.
Dengan skema kontrol yang mudah dikuasai, sang Doom Slayer kini juga punya naga tunggangan.

Maka sisa petualangan Anda, seperti halnya seri DOOM sebelumnya, adalah memperkuat sang DOOM Slayer itu sendiri atau senjata yang ia gunakan. Anda bisa mempertebal level maksimum untuk HP dan Armor yang bisa Anda kenakan dengan membasmi beragam mini-boss istimewa yang tersebar di ragam level, yang untungnya punya ikon tersendiri untuk memamerkan bahwa mereka spesial. Lewat Gold dan resource ekstra lainnya juga yang biasanya terikat  pada skema puzzle tertentu, Anda bisa membuat setiap senjata Anda lebih mematikan. Kami yakin tidak butuh waktu lama bagi Anda untuk memilih dan menentukan senjata terfavorit yang akan Anda jadikan prioritas upgrade.

Author picture
Editor in Chief
Pladidus sudah berkecimpung selama 14 tahun di industri media game Indonesia dan selalu bersemangat untuk merekomendasikan Suikoden II kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja.

Previous Post

Next Post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest

Level Up Your Gaming News!

Subscribe for the latest gaming news and updates.

Share this website