Tetap Di-Carry 2D Art

Troublemaker 1 memang masih jauh dari sebuah game action yang bisa direkomendasikan. Namun di tengah banyaknya kekurangan tersebut, tim Art dari Gamecom membuatnya sedikit bersinar. Kualitas cukup tinggi yang ditawarkannya kala itu setidaknya membuat keseluruhan pengalaman Troublemaker, terutama dari sisi cerita, bisa ditoleransi. Berita baiknya? Sisi 2D art yang satu ini tetap sama memesonanya di sang seri sekuel – Troublemaker 2 ini. Berita buruknya? Ada beberapa masalah presentasi yang masih terjadi.
Dibanjiri dengan pedekatan art 2D yang kembali menjadi tulang punggung cerita dari awal hingga akhir, ia tetap menjadi bagian yang paling memesona dari Troublemaker 2. Ia menjalankan tugasnya dengan sangat baik, bahkan ketika ia dituntut untuk menyajikan adegan dalam porsi yang lebih dramatis ataupun emosional. Hadir dengan detail baik dan kualitas yang terhitung konsisten, ia kembali menjadi “nyawa” untuk membuat sisi presentasi game action yang satu ini bisa lebih ditoleransi. Desain yang ditawarkan untuk karakter yang ada, terutama Beyond Dream yang kini diposisikan sebagai tim protagonis yang baru juga harus diacungi jempol beserta beberapa versi lebih tua dari karakter Troublemaker pertama.
Namun sayangnya, kualitas ini juga kembali harus diakui, tidak berbanding lurus dengan kualitas penerjemahannya di model tiga dimensi. Walaupun kualitas visual game ini lebih baik dari sang seri pertama hampir di semua lini, namun ia masih belum bisa “menerjemahkan” art 2D yang ada secara konsisten. Anda misalnya, masih akan sering menemukan desain pakaian berbeda antara artwork karakter dan model 3D yang ditawarkan, yang memang meninggalkan pertanyaan tersendiri.
Gamecom juga masih belum berfokus untuk menghadirkan kualitas animasi yang sepantasnya. Animasi pertarungan memang lebih baik daripada seri pertama dan pantas diapresiasi, namun ketika bicara soal caranya menangani cut-scene misalnya, ia terbatas. Terlepas dari upaya untuk kian “mendekati” Yakuza dari RGG, sebagian besar scene tetap diambil dengan posisi karakter yang berdiri diam dengan kamera sedikit jauh.


Dan ketika mereka berusaha menyuntikkan sedikit animasi? Ia berujung canggung. Bagian yang paling membuat kami tertawa adalah ketika Jordan dan Andira berpelukan dan hasilnya seperti Jordan tengah melakukan gerakan gulat “Bear Hug” yang mmbuat pacarnya pingsan di tempat. Alih-alih romantis dan membuat hati Anda hangat, terbatasnya animasi 3D di adegan ini siap untuk membuat Anda terpingkal-pingkal, apalagi dengan teks percakapan penuh romansa yang menemani.
Kami juga meyayangkan caranya menangani teks di game ini. Anda tidak akan jarang menemukan teks yang alih-alih dipotong, justru disajikan super panjang bak paragraph dengan ukuran tulisan yang sudah terhitung kecil. Kami juga bingung dengan keputusan untuk menyuntikkan kalimat deksriptif dengan tanda bintang seperti “*_*” ini untuk menjelaskan apa yang tengah dipikirkan atau dilakukan oleh karakter di kala itu. Padahal di banyak situasi, apa yang tengah mereka lakukan itu sudah jelas tercermin dan tergambar dari potret 2D karakter yang berada di samping kotak dialog. Ia terasa seperti gaya penulisan game yang minim visual terlepas dari fakta bahwa Troublemaker 2 punya sisi tersebut.

Namun untungnya, Gamecom setidaknya berhassil membangun “arena bermain” baru – sang kota Jayakarta dengan super solid. Dengan ukuran yang tidak terlalu luas, ia memberikan atmosfer Indonesia yang kuat, terutama dari sisi arstitektur dan ragam printilan yang disematkan di dalamnya. Kita bicara dari iklan kertas yang ditempel sembarangan, angkot yang tengah “nge-tem”, ragam toko-toko kecil dengan spanduk, hingga bendera-bendara partai politik yang bertebaran. Anda juga akan menemukan ragam item dan makanan khas Indonesia, dengan beberapa di antaranya mendapatkan sedikit modifikasi nama. Gamer-gamer Indonesia yang tengah memainkan Troublemaker 2 akan langsung merasa familiar.


Apresiasi juga pantas diarahkan untuk beragam suntikan QOL yang akan membuat perjalanan Anda dengan Troublemaker 2 akan terasa lebih mulus. Game ini misalnya sudah menawarkan tombol skip untuk sesi ritmik yang menjadi salah satu mini-game yang terikat dengan cerita utama milik Jordan. Opsi ini juga tersedia untuk sebagian besar cut-scene yang ada dan juga puzzle-puzzle sederhana jika Anda malas untuk sedikit ambil pusing. Kehadiran fitur Ojol yang kini memungkinkan Anda untuk melakukan fast-travel dimanapun dengan biaya tertentu juga kami sambut dengan tangan terbuka, walaupun ukuran sang kota sebenarnya tidak seluas hingga Anda akan merasa lelah bergerak dari titik ke titik B.
Sementara dari sisi audio, kami memahami dan mengerti bahwa Troublemaker 2 tetaplah sebuah game indie. Terlepas dari kekurangan yang jelas dari sisi voice acting, namun kami berujung tetap,menghargai upaya keras setiap VA yang berusaha sekeras mereka untuk membuat karakter-karakter ini “hidup”. Memang ada kecanggungan intonasi bicara di sana-sini, namun keseluruhan pengalaman yang ditawarkan tidak cukup buruk untuk membuat kami mengkategorikannya sebagai kelemahan.
Pujian untuk urusan audio justru pantas dilayangkan kepada keputusan Gamecom untuk merekrut band-band indie yang sudah mereka seleksi untuk mengisi ragam momen di game ini. Ia bisa saja tidak sesuai dengan selera Anda, namun keputusan untuk memberikan highlight tersendiri pada band seperti ini adalah sesuatu yang pantas untuk diapresiasi. Game ini juga menyediakan pemutar musik instan yang bisa Anda akses dengan satu tombol untuk menikmati setiap dari mereka.
Selangkah Lebih Dekat dengan “Yakuza Indonesia”

Troublemaker 2: Beyond Dream bisa disederhanakan sebagai “pepanjangan” dari apa yang sudah sempat ditawarkan Gamecom di Troublemaker pertama. Ini adalah game action berbasis serangan melee yang untungnya kini juga diperkuat dengan animasi serangan yang lebih mulus dan memuaskan. Serangan pada lawan kini akan terasa punya impact lebih baik lewat reaksi hingga sistem ragdoll yang ia usung.
Dengan sistem dua protagonis, Anda akan menggunakan Budi dan Jordan bergantian sesuai dengan cerita yang tengah berjalan. Keduanya bukan hanya berbeda dari sisi penampilan dan cerita saja, tetapi juga punya prioritas pendekatan yang berbeda.
Berbagi serangan kombinasi yang serupa dan pondasi sistem bertarung yang sama, Budi diposisikan sebagai karakter petarung tangan kosong sementara Jordan lebih efektif menggunakan senjata panjang ragam varian yang disediakan untuknya. Kedua karakter juga punya bar spesial untuk memicu aura serangan yang lebih mematikan dan serangan spesial untuk Budi. Tentu saja, akan ada ragam makanan yang berfungsi sebagai item penyembuh dan buff untuk Anda beli dan akses.


Keputusan Gamecom untuk memisahkan progress dan inventory kedua karakter ini mungkin terasa seperti keputusan yang menyebalkan. Namun mengingat tingkat kesulitan yang cukup bisa ditoleransi dan jumlah resource uang yang mudah didapatkan, Anda akan tetap bisa melewati cerita utama dengan cukup mudah. Walaupun kami sendiri memutuskan untuk menurunkan tingkat kesulitan game ini ke “Easy” untuk proses review ini untuk membuat jalannya pertarungan-pertarungan ini lebih cepat.
Menariknya, setidaknya untuk skenario pertarungan melawan boss, Troublemaker 2 juga menawarkan sensasi bertarung yang lebih menantang. Bahwa seperti halnya Anda yang mampu melakukan counter serangan, sebagian besar boss juga bisa melakukan hal yang sama sehingga serangan beruntun tanpa menggunakan aura misalnya, kini tidak selalu bisa dilakukan.
Sayangnya, kami juga harus mengakui bahwa ada beberapa pertarungan yang tidak terasa fun. Ini biasanya menyangkut boss-boss yang hanya dipersenjatai dengan serangan kuat denga highlight merah saja, tanpa membuka celah bagi Anda melakukan counter. Aksi menghindar dan “mencuri” serangan damage di game ini tidak semenyenangkan yang dibayangkan. Kami juga merasa bahwa ada banyak situasi pertarungan dimana timing untuk melakukan counter terasa terlalu singkat, apalagi mengingat Anda tidak bisa secara instan melakukan animation-cancel saat perintah sudah masuk. Ini membuat Anda akan lebih sering menunggu serangan yang bisa di-counter ini selesai dulu sebelum Anda mencuri damage masuk.


Yang membuat Troublemaker 1 dan Troublemaker 2: Beyond Dream berbeda kini tentu saja adalah “arena bermain” yang tidak lagi terperangkap pada sekolah saja. Anda kini akan diminta untuk menjelajahi Jayakarta yang berfungsi tak ubahnya Kamurocho di game Yakuza.
Selain beragam point of interest untuk ragam mini-game yang walaupun tidak seberapa fun namun setidaknya jauh lebih rapi dibandingkan Troublemaker 1, Anda juga akan diminta untuk bertarung dengan para bedebah yang menyisiri jalan. Anda bisa mendapatkan ekstra uang yang tetap jadi resource untuk segala jenis penguatan, dari membeli item, membeli senjata, melakukan upgrade, hingga mengakses lebih banyak serangan spesial. Uang juga jadi resource untuk sistem upgrade ala skill tree lainnya.
Maka seperti game Yakuza pula lah, ia kini diisi dengan banyak misi sampingan yang akan terus bertambah seiring dengan progress cerita utama. Dipenuhi dengan cerita-cerita nyeleneh yang diklaim sang developer juga berisikan humor, ia juga menjanjikan reward menarik seperti senjata dan uang sebagai ekstra motivasi.
Sebagian besar misi sampingan ini juga punya konsep yang lugas, walaupun sekali lagi, tidak kesemuanya menarik. Jenis misi sampingan yang paling buruk? Yang meminta Anda untuk membawa barang dari titik A ke titik B, dimana Anda hanya bisa berjalan saja. Tidak ada tantangan ekstra, tidak ada puzzle, tidak ada aksi, hanya diminta untuk berjalan pelan dari titik A sampai titik B dan mengulanginya sampai tiga kali. Entah bagaimana misi seperti ini bisa disebut “fun”. Namun di sisi lain, ada pula misi sampingan kreatif seperti yang meminta Anda untuk memainkan game horror sederhana dari perspektif orang pertama.


Dibandingkan dengan seri pertamanya, Troublemaker 2 datang dengan kualitas gameplay dan konten yang jauh lebih baik, bahkan dari segi mini-game yang kini dikelola lebih rapi. Kualitasnya mungkin masih belum sepadan dengan banyak game action modern di level indie sekalipun.
Namun jika dibandingkan dengan seri sebelumnya yang begitu menyedihkan, Troublemaker 2 setidaknya saat ini punya struktur gameplay, cerita, dan fitur sebuah video game yang selayaknya dan seharusnya. Walaupun ia tetap memiliki beberapa glitch yang untungnya tidak terlalu fatal. Salah satunya cukup untuk membuat kami terpingkal dimana Anda akan melihat NPC berpayung yang menyelami laut saat hujan. Gamecom sepertinya tidak ambil pusing untuk menangani cara laut di game ini bekerja sehingga para NPC masih menghitungnya sebagai jalur biasa dengan animasi jalan saat mereka berada di dalam.