
Menjadi salah satu format distribusi game free to play yang semakin populer, apalagi untuk game-game racikan developer timur, gamer memang tentu sudah familiar dengan mekanik gacha. Apalagi laporan keuangan beberapa perusahaan yang berkecimpung di game seperti ini dengan jelas membuktikan efektivitasnya, dengan pendapatan puluhan hingga ratusan juta USD di setiap kuartal-nya. Bagi gamer-gamer di Jepang, gacha bahkan bisa berujung mempengaruhi nikmatnya hidup nyata.
Setidaknya hasil tersebutlah yang tercermin oleh perilaku sekitar 1.000 gamer berusia 20 – 29 tahun di daerah Jepang yang menjadi target survei SMBC Consumer Finance soal perilaku belanja video game mereka, seperti yang dilaporkan oleh situs Automaton.
Khusus untuk game-game gacha, ada beberapa fakta yang menarik. Yang paling mengejutkan tentu saja pengakuan sekitar 19% dari total responden atau sekitar 190 orang yang sempat mengaku melakukan proses gacha hingga mempengaruhi kondisi finansial mereka yang krusial untuk bertahan hidup di salah satu negara termaju tersebut.
Menariknya lagi? Kepuasan yang didapatkan saat proses setara judi ini ternyata hanya bersifat sementara saja untuk cukup banyak responden. Lebih dari 23% anak muda Jepang ini mengaku menyesal sudah menghabiskan uang mereka di gacha. Mereka juga menemukan bahwa gamer pria ternyata lebih condong terbuka pada konsep membeli “keuntungan strategis” tertentu di game menggunakan uang nyata daripada gamer wanita, walaupun keduanya memperlihatkan kecenderungan peningkatan dibandingkan tahun 2024 kemarin.

Secara garis besar, survei ini menemukan ada peningkatan sekitar 5,8% gamer-gamer anak muda Jepang yang menghabiskan uang mereka di aksi “belanja” seperti ini dibandingkan tahun lalu. Walaupun demikian, jumlah rata-rata yang mereka habsikan berkurang dari 5.138 Yen per bulan menjadi “hanya” 4.247 Yen saja.
Bagaimana dengan Anda? Sempat melakukan aksi gacha sampai uang untuk bertahan hidup Anda terkuras?