IGDX 2025: Andalas: Realms of Eternal Nights yang Penuh dengan Mimpi dan Ambisi!

IGDX 2025: Andalas: Realms of Eternal Nights yang Penuh dengan Mimpi dan Ambisi!

Author picture
Author picture

Bersama dengan perkembangan industri game Indonesia yang semakin solid, hadir pula developer-developer yang mulai berani untuk tidak hanya mengeksplorasi tema atau genre yang belum pernah disentuh oleh game lokal sebelumnya, tetapi juga dari sisi skala. Bahwa mereka kini mulai memimpikan, membayangkan, dan mengeksekusi sebuah konsep game yang menawarkan sebuah dunia besar, ragam aktivitas, sembari berusaha tetap menawarkan sisi cerita yang memang menarik untuk diikuti. Salah satu yang berusaha untuk mencapai tersebut adalah Busy Beaver Studio dengan game teranyar mereka – Andalas: Realms of Eternal Nights.

Proyek yang sudah sempat dikerjakan untuk beberapa waktu kemudian berujung dibangun ulang dengan menggunakan engine teranyar ini memang akan langsung mencuri hati Anda sejak pandangan pertama. Ada sesuatu yang istimewa, sebuah kualitas dan pendekatan presentasi yang tidak pernah ditempuh oleh developer Nusantara sebelumnya di sini. Kita bicara soal protagonis seorang anak laki-laki yang beraksi di sebuah dunia fantasi, atas nama petualangan dan bertahan hidup dengan lingkungan yang penuh aura magisnya sendiri.

“Zelda Indonesia”

Dengan 4 region dan desain dunia yang terbuka, Andalas akan secara instan mengingatkan Anda pada petualangan seri Zelda lawas.

Komparasi memang selalu jadi pedang bermata dua pada saat kita bicara soal game Indonesia. Di satu sisi, ia seringkali melahirkan sebuah ekspektasi kelewat besar yang pada akhirnya diikuti dengan kualitas rilis yang tidak sebanding. Namun di sisi lain, ia membantu gamer mendapatkan gambaran yang lebih jelas soal pengalaman seperti apa yang bisa diantisipasi nantinya. Untuk kasus Andalas dan Busy Beaver Studio, hal ini juga meliputi ambisi dan visi yang hendak mereka implementasikan nantinya.

Sesi demo singkat yang ditawartkan di event IGDX 2025, yang harus diakui dibangun di atas build yang masih kasar, Andalas sudah menyeruakkan potensi tersebut. Langsung disambut dengan sisi presentasi visual dengan desain dan detail di atas rata-rata, ia juga mengusung kualitas animasi yang pantas untuk dipuji. Semuanya dieksekusi di dalam sebuah desain arena dalam konsep dunia yang terbuka, dimana nantinya akan ada musuh, dungeon, dan ragam cut-scene untuk memperkuat sisi cerita emosional yang hendak mereka dorong.

Perbandingan yang kami lakukan tentu saja dengan seri The Legend of Zelda yang lebih lawas dan bukannya seri seperti Breath of the Wild atau Tears of the Kingdom yang notabene punya mekanik yang sudah jauh berbeda. Tenang saja, Andalas tidak akan mengusung sistem kerusakan senjata atau senantiasa meminta Anda memonitor stamina atas nama untuk memanjat ke lokasi tertentu. Ia adalah sebuah game aksi petualangan yang akan meminta Anda berpetualang melewati 4 region dengan biome berbeda sebelum bersiap untuk siapapun nanti yang akan diposisikan sebagai antagonis utama.

Petualangan di keempat region inilah yang akan menjadi daya tarik untuk Andalas. Nantinya, untuk setiap region yang Anda selesaikan, Anda juga akan mendapatkan kekuatan baru yang berfungsi bak job di game RPG. Menggunakan sistem berbasis cooldown, dengan hanya menggunakan shortcut yang sederhana, Anda bisa mengganti-ganti kekuatan ini yang datang dengan kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing. Di event IGDX 2025 ini, mereka memamerkan dua kekuatan – seorang Knight dengan Shield dan seorang Assassin dual-blade yang tampaknya juga didesain untuk memenuhi stereotipe yang selalu melekat pada kedua role ini.

Sang protagonis juga akan dibekali dengan kemampuan untuk berganti peran ala sistem Job di game RPG.

Mengikuti konsep Zelda pula, tidak hanya sekadar cerita utama saja, Andalas juga berenana untuk memenuhi dunia fantasinya dengan segudang dungeon untuk diselesaikan. Varian isinya juga beragan, dari yang menguji kemampuan pertarungan Anda hingga yang berisikan puzzle dimana Anda akan dituntut untuk sedikit mengorbankan energi otak Anda untuk mencari solusi yang ada. Rewardnya sendiri sepadan dengan kesempatan untuk terus mempekuat sang bocah protagonis utama.

Sesi demo singkat ini sempat mempertemukan kami dengan sebuah boss bunga raksasa, yang sekali lagi seperti halnya Zelda, akan punya gimmick pertarungannya sendiri. Posisi sang boss yang dibatasi sebuah pagar tanaman memang membuat mode standar si protagonis – yang notabene bersenjatakan ketapel bisa meyerang dan melukainya. Namun mengingat sang peluru untuk senjata ini terbatas dan hanya bisa diracik via proses crafting yang membutuhkan material, Anda akan lebih mengandalkan dua job yang sudah Anda “pegang’. Ternyata oh ternyata, dengan melukai akar yang ia kirimkan untuk menyerang Anda setidaknya dua kali, Anda akan menemukan sang pagar tanaman kini terbuka lebar dengan posisi si bunga raksasa yang kini bisa diserang.

Sesi demo singkat ini cukup untuk membuat kami mengembangkan rasa penasaran soal tidak hanya dua kekuatan lainnya yang bisa diakses si protagonis, tetapi juga desain dungeon seperti apa saja yang tengah dipersiapkan.

Emosi

Andalas juga ingin menawarkan sisi cerita dan musik yang kuat.

Menariknya? Tidak hanya sekadar ingin menjual gameplay saja dengan konsep eksplorasi yang akan mengingatkan Anda pada Zelda, Busy Beaver Studio juga ingin merangkai kisah Andalas sebagai sebuah game action yang punya impact emosionalnya sendiri.

Bahwa kisah sang protagonis utama yang akan berpetualang di empat region berbeda ini juga akan berkaitan dengan kisah sang anak di dunia nyata yang sepertinya mengalami kondisi kesehatan yang tidak sebaik seharusnya. Bagaimana cara sang developer untuk menyatukan kedua tema ini dan apakah ia akan berujung efektif atau tidak tentu saja bukan sesuatu yang bisa kita nilai di sesi demo singkat ini. Namun ada harapan besar dari kami tentu saja, bahwa Busy Beaver Studio akan bisa mengeksekusinya dengan baik.

Satu yang pasti, studio ini juga setidaknya paham betul bahwa untuk menghasilkan sesuatu yang emosional, sisi presentasi memang harus jadi pendukung yang optimal. Busy Beaver juga memahami bahwa hal ini jug harus didukung dengan OST yang solid untuk memastikan atmosfer yang terbangun bisa mendukung apa yang ingin mereka sampaikan.

Ambisi

Rencana untuk merilis game ini dalam format Early Access lebih dulu membuat semua ambisi Busy Beaver ini terdengar dan terlihat lebih rasional.

Sejujurnya, terlepas dari rasa ketertarikan kami yang super tinggi pada Andalas, ia juga diikuti dengan kuatnya rasa khawatir bahwa proyek yang satu ini bisa berujung kelewat ambisius untuk sebuah tim berisikan hanya belasan orang saja. Apalagi mengingat ini merupakan proyek perdana untuk mereka, yang langsung bermimpi untuk menciptakan sebuah game petualangan yang tidak hanya punya skala besar saja, tetapi juga cerita yang emosional di dalamnya. Untungnya, kekhawatiran ini bisa sedikit terobati dengan fakta bahwa Busy Beaver berencana untuk merilis Andalas di tahun 2026 mendatang dalam format Early Access lebih dulu.

Walaupun masih belum jelas seperti apa distribusi konten yang akan dilakukan atau seberapa panjang proses Early Access ini akan berjalan, namun ia secara otomatis membuat semua ambisi ini mulai terlihat seperti pendekatan yang rasional alih-alih seperti mimpi yang butuh kompromi dan rasionalisasi tersendiri.

Anda bisa memeriksa langsung Andalas: Realms of Etenal Nights via halaman Store Steam mereka.

Author picture
Editor in Chief
Pladidus sudah berkecimpung selama 14 tahun di industri media game Indonesia dan selalu bersemangat untuk merekomendasikan Suikoden II kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja.

Next Post

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest

Level Up Your Gaming News!

Subscribe for the latest gaming news and updates.

Share this website