
Assassin’s Creed memang sebuah franchise game open-world yang terhitung unik. Dengan basis ragam sejarah peradaban besar yang mereka jadikan setting dengan upaya potret seakurat mungkin, tentu saja dengan elemen fiksi yang kuat pula, ia membangun identitas yang tidak tergantikan. Di tengah kesuksesan inilah permintaan untuk sebuah seri bertema Jepang menguat, dari tahun ke tahun. Bagi para fans, ini menjadi permintaan yang rasional mengingat dalamnya kisah historis sejarah Jepang dan setting yang bisa ia tawarkan. Mimpi yang akhirnya diwujudkan Ubisoft dengan Assassin’s Creed Shadows.
Namun alih-alih dipacu dengan hype dan antisipasi penuh, proses pengenalan Assassin’s Creed Shadows yang rilisnya sempat mengalami dua kali penundaan ini berujung dipenuhi dengan kontroversi. Ada sebuah narasi yang kuat bahwa Ubisoft tidak cukup menghargai kebudayaan Jepang dengan keputusan yang mereka ambil, baik dari sisi desain hingga sekadar marketing. Situasi yang cukup untuk membuat Ubisoft harus kembali menegaskan bahwa kisah pertarungan antara Assassin dan Templar ini, terlepas dari pondasi sejarah yang ia bawa, pada akhirnya tetaplah sebuah cerita fiksi. Kini, waktu untuk membuktikan keseriusan dan komitmen Ubisoft pun tiba.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Assassin’s Creed Shadows ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang memuat potret darah di atas hamparan bunga sakura? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Tidak hanya satu protagonis saja, Assassin’s Creed Shadows memuat sistem dua protagonis utama – Naoe dan Yasuke yang masing-masing memiliki cerita dan konfliknya sendiri namun memutuskan untuk menggabungkan kekuatan atas satu misi dan visi bersama.
Naoe sendiri merupakan seorang shinobi dari klan Iga yang harus menelan brutalitas seorang Nobunaga Oda yang memang berniat untuk menyatukan Jepang dengan cara apapun. Namun siapa yang mengira bahwa di tengah kekacauan ini, Naoe justru berhadapan dengan sebuah organisasi bayangan bernama Shinbakufu yang memuat orang-orang bertopeng. Organisasi ini tampaknya begitu tertarik untuk merebut sebuah kotak misterius yang disimpan oleh klan Iga di desanya.


Sementara di sisi lain, kita bertemu dengan Yasuke, seorang budak yang berhasil diangkat dan diselamatkan oleh para Jesuit asal Portugis. Kehadiran Yasuke yang besar dan warna kulit yang eksotis berujung menarik perhatian seorang Nobunaga Oda yang berujung memberikannya sebuah kepercayaan lebih untuk berdiri bersamanya. Seperti yang bisa diprediksi, Yasuka berujung menjadi “pedang” paling tajam Oda untuk membabat semua jenis resistensi yang berusaha berdiri menghalangi visi dan misinya. Di sini, termasuk Iga.
Maka pertemuan antara Naoe dan Yasuke yang masing-masing punya prinsip dan misinya ini pun tidak lagi terelakkan. Namun alih-alih pertumpahan darah, keduanya justru berbagi sebuah misi dan perjalanan penuh darah untuk sebuah aksi balas dendam dan bela kehormatan.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan Naoe dan Yasuke hingga mereka bersekutu? Lantas, siapa saja yang terlibat di dalam Shinbakufu? Apa sebenarnya motivasi mereka? Bagaimana cerita soal Assassin dan Templar melebur ke dalam seri yang satu ini? Semua jawaban dari pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan Assassin’s Creed Shadows ini.
3 Responses
Pertama kali baca review mu di web yang ini, masih suka as always gaya penulisan & gaya reviewnya. Keren bang
Thanks udah baca dans support!
Wah pantes udah gak update di JP, ternyata mas Plad udah ada media sendiri, big congrats! Ditunggu update2 artikel terbarunya mas