Review Assassin’s Creed Shadows: Darah di Atas Sakura!
Page 2

Review Assassin’s Creed Shadows: Darah di Atas Sakura!

Author picture
Author picture

Seri Assassin’s Creed Terindah yang Pernah Ada!

Assassins Creed Shadows adalah Assassins Creed terindah yang pernah ada

Berhasil memenuhi ekspektasi yang sudah terbangun begitu lama sepertinya adalah kalimat yang kami pilih untuk menjabarkan pengalaman presentasi visual dan audio yang berhasil ditawarkan oleh Ubisoft di Asssassin’s Creed Shadows ini. Bahkan memainkannya di Playstation 5 non-pro sekalipun cukup untuk memantapkan posisinya sebagai seri Assassin’s Creed paling indah yang pernah kami cicipi selama ini.

Kerennya? Visual super memanjakan mata yang sebagian datang dari desain lingkungan dan dunia yang ia tawarkan ini tidak dicapai lewat proses “dramatisasi” berlebihan seperti yang ditawarkan Sucker Punch dengan Ghost of Tsushima. Tsushima mencapai hal tersebut lewat desain yang mulai masuk ke ranah kelewat imajinatif, dimana padang bunga dan rumput menjadi sesuatu yang dominan untuk membuat mata Anda terpukau.

Menariknya Keindahan tersebut berhasil mereka capai tanpa masuk ke ranah desain terlalu imajinatif ala Ghost of Tsushima yang terasa seperti film alih alih sesuatu yang didasarkan pada sejarah dan dunia nyata di era itu
Serahkan kepada Ubisoft untuk urusan meracik dunia yang hidup

Sementara untuk Assassin’s Creed Shadows? Anda bisa mengerti dan paham bahwa ia tetap dibangun berdasar apa yang mereka ketahui soal Jepang di era itu, yang dipenuhi dengan hutan belantara misalnya, yang tentu akan menghambat pergerakan dan navigasi Anda. Di tengah hutan-hutan ini, eksis desa dan kota yang namanya mungkin Anda kenal, namun portret-nya begitu berbeda dengan apa yang kita ketahui sekarang. Tentu saja, ia juga diisi dengan masyarakat lalu-lalang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, para saudagar dan pejabat yang tinggal di daerah lebih mewah, dan kastil-kastil raksasa yang megah.

Namun pendekatan lebih realistis ini tidak lantas mengurangi level sinematik dan dramatis Assassin’s Creed Shadows ini. Berkuda pelan melewati hutan bambu, berlari menyusuri sungai kecil di antara bebatuan yang turun ke hilir, menaiki puncak kuil dan menikmati matahari yang tengah terbenam, hingga menikmati bunga sakura yang berterbangan akan membuat pengalaman visual Shadows Anda tidak tergantikan. Dunia pun terasa dinamis lewat hal-hal kecil seperti tiupan angin yang membuat rumput bergoyang atau bunga sakura berguguran. Dengan cuaca yang juga terus berubah, terjebak di tengah badai hujan petir saat menjalani misi juga menawarkan eskalasi pengalaman sinematik yang tidak pernah Anda prediksi sebelumnya.

Kerennya  lagi? Shadows menguatkan kesan dunia yang terus bergerak dan dinamis ini lewat sistem perubahan musim yang untuk pertama kalinya diimplementasikan di sini. Benar sekali, musim di Shadows kini bisa berubah dari semi, panas, gugur, dan dingin yang juga tidak hanya mengubah tampilan saja, tetapi juga tingkah laku dan pakaian para penduduk misalnya. Musim juga tentu akan mempengaruhi jenis cuaca yang Anda hadapi, termasuk angin kencang, hujan, dan salju. Bahkan, Anda juga bisa menemukan bagaimana beberapa daerah kolam air kini ikut membeku di musim dingin, menciptakan area licin yang bisa Anda lewati dengan kaki atau kuda tanpa masalah. Sebuah fitur mengagumkan yang kami harap bisa Ubisoft bawa ke seri-seri Assassin’s Creed selanjutnya.

Bukan hanya cuaca musim juga bisa berubah secara dinamis di sini Bahkan ia akan mempengaruhi gameplay seperti musim dingin yang akan membuat beberapa area air membeku misalnya
Fakta bahwa efek akurasi tata cahaya seperti ini bisa dicapai oleh Playstation 5 versi dasar membuat kami terkejut dan terpesona di saat yang sama
Screenshot yang Anda lihat ini diambil dari versi Playstation 5 non Pro yang tentu saja hadir dengan teknologi ray tracing terbatas Gila

Semuanya dipercantik dan dipermanis lewat sistem tata cahaya yang bahkan terlibat begitu memesona di versi Playstation 5 versi dasar. Bahwa jelas ada usaha untuk menciptakan sebuah sistem tata cahaya dan bangunan yang akurat di sini, yang di beberapa situasi seperti aksi berkendara melewati hutan bambu misalnya, kian terlihat sinematik.

Sebegitu fantastisnya sistem ini, di luar pengaruhnya pada aksi gameplay yang nanti akan kami bicarakan, hingga Anda bisa menikmatinya di detail-detail yang tak pernah Anda perhatikan sebelumnya. Anda bisa melihat bagaimana cahaya lembut ini membuat rambut tipis di ujung kepala Naoe terlihat lebih transparan seperti halnya di dunia nyata. Atau bagian terfavorit kami? Ketika Anda membuka pintu kayu kastil yang kebetulan berhadapan langsung dengan sinar matahari terik dan menemukan sedikit transparansi di sana. Luar biasa!

Satu hal ekstra lainnya yang juga kami apresiasi adalah sistem potong akurat yang sedikit mengingatkan Anda pada apa yang berhasil dicapai Platinum di Metal Gear Rising. Memang tidak semua objek bisa Anda potong, namun untuk yang bisa Anda “sikat”, ia akan terpotong secara akurat dimana mata senjata Anda mendarat, terutama untuk kain dan bambu.

Menariknya? Ini juga bisa Anda maksimalkan untuk kepentingan gameplay Anda. Sebagai contoh? Anda kini punya solusi untuk menghancurkan semua jenis pagar bambu yang menghalangi jalur infiltrasi Anda, bahkan dengan Naoe sekalipun. Walaupun akan menghasilkan suara yang mungkin memicu perhatian sekitar, ia tetap jadi opsi solusi. Kami juga sempat bertemu dengan situasi dimana peti yang kami incar berujung dijaga banyak musuh, namun hanya dikelilingi oleh pagar kain saja. Memotong kain tersebut dari belakang, mengambil isi peti layaknya pencuri, dan kabur tanpa memicu perhatian sama sekali jadi keasyikan tersendiri.

Anda lihat semua pagar bambu tersebut Bisa Anda potong dengan akurasi potongan sesuai dengan kemana arah mata pedang bergerak mengingatkan Anda pada konsep ala Metal Gear Rising
Dengan detail ekspresi wajah yang juga meningkat kualitas VA yang tinggi dan kombinasi Immersive Mode memastikan pengalaman audio yang tidak mengecewakan

Berita baiknya, puja-puji yang kami lemparkan untuk sisi visual ini juga berujung dengan sisi audio yang tak kalah fantastis. Assassin’s Creed Shadows memastikan sisi yang satu ini terfasilitasi dengan baik, dari sekadar suara efek yang kian memperkuat atmosfer permainan Anda seperti bunyi angin kencang di tengah badai misalnya hingga musik yang menemani perjalanan, terutama sebagai Naoe.

Sementara untuk VA? Shadows menawarkan opsi bernama Immersive Mode yang secara otomatis membuat karakter-karakter berbicara sesuai dengan asal negara mereka, tentu saja berbasis konteks. Sebagai contoh? Yasuke akan berbicara bahasa Portugis kepada para Jesuit namun akan berdiskusi dalam bahasa Jepang dengan Oda mengingat ia diceritakan sudah fasih di sini. Kombinasi sisi audio yang keren ini “mempermanis” sisi visual yang sudah luar biasa.

Kontroversi Tanpa Arti

Banyaknya aksi marketing yang keliru membuat Shadows dipenuhi dengan kontroversi yang di versi final ternyata tidak berarti

Kontroversi memang sesuatu yang lekat dengan nama Assassin’s Creed Shadow selama proses marketing yang ada. Di luar rasa ketidaksukaan yang kuat pada keputusan untuk menjadikan Yasuke sebagai karakter utama, yang bisa ditelusuri dari narasi berbasis kondisi politik di Amerika Serikat sekarang, beberapa keluhan ini memang terasa rasional. Ada kesan bahwa Ubisoft hanya sekadar “meminjam” kebudayaan Jepang untuk Shadows tanpa memberikan penghormatan dan perlakuan yang selayaknya. Berita baiknya? Kesan tersebut tidak terasa sama sekali di versi final yang ada.

Seperti halnya game Assassin’s Creed pada umumnya, yang juga memuat ragam konten berbasis budaya dan agama di dalamnya, Shadows juga tidak bisa lepas dari keterikatan yang sama. Menariknya? Ubisoft bermain cukup “cantik” di sini. Alih-alih menghalangi aksi gamer dengan membuat opsi tersebut tidak tersedia sejak awal, mereka memberikan kebebasan bagi gamer untuk memilih sendiri apakah mereka ingin menjadi bedebah yang “menginjak” kebudayaan Jepang itu atau tidak.

AC Shadows menyerahkan keputusan untuk menjadi seorang bedebah yang tidak menghormati Jepang atau sebaliknya sepenuhnya kepada Anda
Ia memuat misi berdoa di kuil dengan sebagian besar isi yang tidak bisa Anda porak porandakan Kerennya Tidak ada tombol skip di sini yang berarti memaksa Anda untuk melewati ritual bungkuk dan tepuk tangan ini dalam kapasitas yang seharusnya

Ada peringatan dan disclaimer misalnya yang akan membuka petualangan Anda soal posisi suci sebuah Torii Gate yang biasanya ditemukan dekat kuil, yang disarankan untuk tidak Anda panjat sebagai bentuk penghormatan. Isi kuil yang sempat bisa dihancurkan dan memicu kontroversi di internet juga ternyata tidak dibuka di semua kuil. Ada beberapa kuil yang posisi tempat sucinya ditutup rapat sehingga Anda tidak bisa masuk. Untuk yang bisa Anda porak-porandakan jika Anda memang seorang bedebah, opsi tersebut tidak hanya bisa dilakukan Yasuke saja, tetapi juga Naoe.

Secara keseluruhan, setidaknya dari pengalaman bermain kami dari awal sampai akhir cerita, Ubisoft terhitung memperlakukan kebudayaan Jepang yang mereka jadikan pondasi dengan cukup hormat. Bahkan dibandingkan dengan seri Assassin’s Creed yang lain, upaya untuk mengenalkan budaya lokal terasa lebih intens dan penuh niat di sini.

Ada sesi dimana Anda diajak untuk menikmati upacara minum teh yang bergerak lambat, ada sesi dimana Anda melihat bagaimana Yasuke belajar soal kaligrafi, sesi dimana Yasuke belajar soal kemampuan pedang dan nilai-nilai Bushido yang ia usung, hingga bagian dimana Naoe mengetahui soal Kintsugi – konsep perbaikan tembikar dengan emas yang penuh nilai filosofi. Tidak hanya menghormati saja, Ubisoft bahkan terkesan memberi waktu dan tempat bagi budaya Jepang untuk bersinar di sini dibandingkan dengan seri-seri Assassin’s Creed sebelumnya.

Dibandingkan seri AC lain Ubisoft justru terlihat lebih intens dan serius memperkenalkan budaya Jepang di sini termasuk konsep filosofi yang ada
Bahkan game ini akan secara otomatis melepas alas kaki ketika Anda masuk ke rumah atau kuil yang memang aman

Tidak hanya dicerminkan lewat cut-scene, Anda juga bisa mendapatkan konten budaya ini dari hal-hal kecil dan detail yang Anda temukan. Salah satu yang berhasil mencuri hati kami? Sandal. Seperti selayaknya budaya Jepang, alas kaki Naoe dan Yasuke akan secara otomatis menghilang begitu mereka masuk ke dalam rumah atau kuil dan terpakai kembali ketika mereka keluar. Anda juga bisa melihat aktivitas “hiburan” masyarakat Jepang di kala itu dari pentas Kabuki atau pertunjukan boneka tangan yang tengah berlangsung. Sayangnya, tidak seperti Like a Dragon dari SEGA misalnya, Anda tidak bisa terlibat langsung di sini.

Sementara untuk sosok Yasuke sendiri, dengan kekosongan sejarah yang dijadikan Ubisoft sebagai celah ruang kreatif, ia juga ditangani dengan baik. Sesuatu yang kami apresiasi di sini adalah keputusan untuk tidak menjadikannya sekadar budak yang baru sampai ke Jepang dan berujung tidak  “menghormati” budaya di sana karena ketidaktahuannya. Sejak pertama kali diperkenalkan, Yasuke sudah diposisikan tinggal cukup lama di Jepang dengan para Jesuit Portugis yang berusaha menyebarkan agama Kristen sebelum akhirnya mendapatkan perhatian Oda.

Interaksinya dengan para pemangku kepentingan yang tinggi hingga guru yang mengajarinya ilmu pedang juga dibangun di atas penghormatan dan kehati-hatian dalam berucap, termasuk intonasi bahasa Jepang yang ia usung, membuat karakternya terasa lebih “Jepang” daripada warna kulitnya. Tidak ada satupun momen di game ini dimana Yasuke terlihat barbar dan menginjak-nginjak budaya tuan rumahnya sama sekali. Kami juga mengapresiasi keputusan Ubisof untuk tetap mempertahankan karakter-karakter yang tetap melihat dan menilai Yasuke dari warna kulit dan proporsi tubuhnya, yang memang seharusnya rasional di kala itu.

Maka, dengan apa yang diperlihatkan Ubisoft di versi final Assassin’s Creed Shadows ini, semua kontroversi yang sempat terjadi menjadi sama sekali tidak berarti. Ketakutan bahwa Ubisoft tidak akan menghargai budaya Jepang justru diputarbalikkan dengan cerita dan scene yang justru difokuskan untuk memperkenalkan budaya Jepang yang elegan dengan penuh perhatian dan kehati-hatian. Dibangun di atas akurasi sejarah yang di banyak porsi tetap dipertahankan, seperti perang kobaran Oda yang dibangun di atas modernisasi senjata api alias Teppo alih-alih romantisasi kehidupan samurai dengan katana sepertinya banyaknya film dan game sejenis.

Bukan barbar dari Afrika yang tidak sensitif dengan budaya Jepang Yasuke diposisikan sebagai orang asing yang sudah fasih berbahasa Jepang dan memahami beberapa kultur di era tersebut
Kami mencintai keputusan untuk tidak meromantisasi aksi pertarungan dengan hanya katana dan memamerkan realita senjata api sebagai ujung tombak di era itu

Ubisoft juga untungnya memberikan ruang bagi hubungan persahabatan Naoe dan Yasuke untuk tumbuh dengan rasionalisasi kedekatan yang tidak hanya dimotivasi oleh kebencian, balas dendam, dan rasa haus akan darah. Lewat ragam ikon misi sampingan yang tersebar, Anda bisa menikmati momen-momen kecil percakapan keduanya yang tenggelam dalam diskusi dan curahan hati soal apa yang mereka rasakan saat ini, soal apa yang terjadi di masa lalu, dan ketakutan soal apa yang hendak mereka capai di masa depan. Jika Anda memberikan sedikit waktu untuk menikmati misi-misi ini,maka Anda akan punya pemahaman ekstra soal keduanya. Namun ini adalah opsi dan Anda bisa saja melewatkannya jika Anda tidak banyak ambil pusing. Tenang saja, hubungan kedua karakter ini tidak akan jatuh ke fase romansa yang justru bisa berujung membuat canggung.

author avatar
Pladidus Santoso
Pladidus sudah berkecimpung selama 14 tahun di industri media game Indonesia dan selalu bersemangat untuk merekomendasikan Suikoden II kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja.
Author picture
Editor in Chief
Pladidus sudah berkecimpung selama 14 tahun di industri media game Indonesia dan selalu bersemangat untuk merekomendasikan Suikoden II kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja.

Next Post

3 Responses

  1. Pertama kali baca review mu di web yang ini, masih suka as always gaya penulisan & gaya reviewnya. Keren bang

  2. Wah pantes udah gak update di JP, ternyata mas Plad udah ada media sendiri, big congrats! Ditunggu update2 artikel terbarunya mas

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Latest

Level Up Your Gaming News!

Subscribe for the latest gaming news and updates.

Share this website